Jam istirahat sedang berlangsung. Angela, Sherin, Naya dan Dila sedang berkumpul di kelasnya Angela. Sudah sekitar lima menitan keempatnya bercakap-cakap.
”Aku nggak bisa memahami sikapnya Randy, deh. Ngebingungin tuh bocah. Mutusin lewat chat WA, ngecuekin chatnya Angela. Eh, tiba-tiba aja nanyain apa kamu baik-baik saja? Apaan juga gitu maksudnya? Geje banget sih?” kata Naya kesal.
Sherin dan Dila mengangguk.
”Udah mutusin duluan, terus ngecuekin chat selama dua hari, mendadak bersikap peduli? Mencurigakan banget,” imbuh Sherin.
Dila mengangguk setuju.
”Kamu kemarin jawab apaan, Njel?” tanya Dila.
”Ya pasti aku bilang aku baik-baik sajalah.”
”Bagus!” seru Dila mantap.
”Kepo ih dia,” sahut Naya.
”Mungkin dia berharap Angela kalap. Ngamuk-ngamuk. Cemburu. Nangis gitu setelah ngeliat postingan foto dia sama Septiana. Gitu kali maksudnya,” timpal Sherin tak kalah sengitnya.
Sahabat-sahabatnya Angela itu tampak geram mendengar cerita yang disampaikan Angela tentang chat WA Randy yang kemarin itu. Mereka merespon cerita tersebut dengan komentar-komentar yang emosionil. Suaranya juga terdengar berapi-api. Ekspresi wajah mereka pun terlihat tak sukanya.
”Njel!” seru sebuah suara dari arah pintu kelas menghentikan obralan keempatnya. Angela menoleh. Ternyata Rizal yang memanggilnya. Dia anak OSIS juga. Ketua Sekbid 3, Pendidikan dan Pendahuluan Bela Negara.
”Tolong ke ruang OSIS ya! Ketua panitia Pensi yang terpilih mau nyerahin proposal kegiatan. Dia menunggumu di ruang OSIS,” katanya masih dari luar pintu. Ia tak masuk kelas. Angela mengangguk. Rizal pergi tak lama kemudian. Angela pamitan ke Sherin, Naya dan Dila untuk ke ruangan OSIS. Mereka pun bubar. Angela segera berlalu menuju ruang OSIS.
Sewaktu Angela masuk ruang OSIS, ruangan itu sedang sepi. Hanya seorang cowok yang ada di sana. Dia berpostur tinggi. Berperawakan sedang. Berkulit sawo. Berhidung mancung dan berbibir tipis. Angela tak mengenali namanya. Cowok itu langsung berdiri saat Angela memasuki ruangan OSIS.
”Pagi,” sapanya.
”Pagi juga,” sahut Angela ramah.
”Saya ke ruang OSIS buat nyerahin proposal kegiatan Pentas Seni,” jelasnya tak kalah ramah dari Angela.
Cowok itu menyerahkan jilidan yang di bawanya ke Angela.
”Oh..." Angela mengangguk. Ia menerima jilidan kertas HVS yang disebut proposal oleh cowok itu.
”Jadi kamu ketua panitia Pensi tahun ini ya?”
”Iya,” jawab cowok itu.
”Oh, maaf ya, aku nggak ikut rapat pembentukan panitia Pensi. Aku sedang sakit waktu itu. Jadi nggak masuk sekolah. Makanya nggak ikutan rapatnya.”