Angela sedang ditanyai Gustav. Rapat OSIS belum dimulai. Bapak Kepala Sekolah yang mau ikut hadir di rapat untuk memberikan pengarahan masih ada tamu. Sedangkan pembina OSIS juga masih ada di ruang guru. Sementara semua pengurus OSIS sudah ada di ruang OSIS siap untuk mengikuti rapat.
”Njel, kamu udah ngecek susunan acara Pensi kan?” tanya Gustav. Di tangannya tampak kertas HVS berisi sejumlah tulisan.
”Udah."
”Terus ini gimana? Langsung diserahkan ke kepala sekolah sekarang atau nanti pas beliau masuk sini aja?”
”Kalau menurutku, diserahkan sekarang aja. Biar beliau baca sebentar di ruangannya. Terus pas beliau masuk ke sini, tinggal ngarahin aja apa yang perlu diganti kalau memang ada yang salah atau kurang."
”Oke,” sahut Gustav.
”Siapa ini yang mau nganter susunan acara Pensi ini ke Bapak Kepala Sekolah?” tanya Gustav ke pengurus OSIS semuanya. Suaranya lumayan nyaring. Beberapa pengurus OSIS yang tadinya sibuk ngomong sendiri dengan kelompoknya jadi melihat ke arah Gustav.
”Biar aku saja,” suara Elang Bayu, ketua Sekbid 8, yang di kepanitiaan Pensi ini duduk sebagai koordinator Sie Acara Pensi.
Elang yang duduk di bangku deretan depan langsung maju menghampiri Gustav yang duduk di sebelah Angela. Deretan bangku pengurus inti OSIS dan anggota OSIS lainnya letaknya berhadapan-hadapan. Elang Bayu segera meninggalkan ruang OSIS menuju ruang Kepala Sekolah sambil menenteng kertas HVS yang sudah di ambilnya dari Gustav. Kembali ruangan OSIS berisik. Semuanya bersuara dengan kelompoknya sendiri-sendiri.
”Njel, ini ntar rapatnya dibikin gimana nih? Raffa nyampeiin pemaparan dulu, terus kita bahas satu-satu permasalahan yang timbul gitu kah?” tanya Gustav lagi.
”Iya. Gitu. Raffa nyampein semua perkembangannya dan kesulitannya apa aja, terus setelah dia selesai pemaparannya, coba kita cari solusinya bareng-bareng."
”Terus, pengarahan dari pembina maupun pak Kepseknya kapan?” imbuh Gustav bertanya ke Angela.
Angela tampak berpikir sejenak. Dahinya berkerut.
”Kalau beliau-beliau hadir sejak awal rapat, kita tempatkan setelah Raffa ngasih laporan. Kita simak arahan beliau, terus kita ikuti aja saran-saran dari beliau itu. Jadi solusinya didapatkan dari beliau-beliau langsung. Kita ngikut aja.”
Gustav tampak mengganguk dan mengucapkan kata oke.
”Semua materi rapat sudah siap dibahas kan?”
”Udah, Gus. Tadi Raffa bilang ke aku semuanya sudah disiapin. Tinggal nyampein ke kita-kita aja."
”Sepertinya banyak yang akan kita bahas hari ini.”
”Iya. Banyak banget. Apalagi ini rapat persiapan Pensi yang terakhir. Acaranya tinggal seminggu lagi.”
”Ini sudah jam segini. Kita belum mulai rapat. Bakal sampai malam nih kita,” gumam Gustav.
Angela meresponnya dengan senyuman lebar.
”List panitia yang bertugas menjemput artis dan ngurusin artisnya sudah ditunjuk kan?”
”Udah. Tadi aku udah liat di catatannya Raffa kok.”
”Siapa aja tuh? Jangan-jangan fans berat yang suka teriak-teriak histeris gitu!”
Angela terkekeh.
”Nggak kok. Cuma 2 orang panitia cowok. Buat ngebantuin ngangkatin barang-barangnya artisnya nanti. Nggak mungkin juga keduanya histeris, jerit-jerit nggak jelas gitu,”
”Emang siapa yang ditugasi?”
”Elang sama Rizal."
”Oh, koordinator sie acara langsung? Percaya deh kalau sama mereka berdua.”