Angela berjalan mencari tempat sampah untuk membuang bungkus snack. Karena tempat sampah ukuran kecil tak ada, ia mau tak mau harus keluar gedung untuk membuang di tempat sampah yang ada di luar.
Sampai di dekat pintu langkahnya terhenti. Dari arah luar masuk Randy dan Septiana. Ketiganya mendadak kikuk. Angela yang paling dulu menguasai keadaan. Ia yang lebih dulu menyapa.
”Hai!” sahutnya singkat sambil tersenyum.
Keduanya reflek menjawab hai pula.
”Mau GR ya?” tanya Angela basa-basi.
Ia tahu Septiana ikut ekskul teater dan akan tampil malam ini.
”Iya,” sahut Septiana yang posisinya lebih dekat dengan Angela.
”Ke belakang panggung aja! Tadi beberapa anak teater udah ada yang datang terus ngumpul di situ."
”Oh gitu. Oke deh,” respon Septiana.
Keduanya lantas berlalu meninggalkan Angela. Randy menganggukan kepalanya saat melewati Angela. Yang dilakukan Angela juga sama, mengangguk pula. Setelah itu ia keluar membuang sampah.
Usai membuang sampah, Angela berniat kembali masuk gedung kesenian. Tiba-tiba saja seorang abang ojek online menghampirinya.
”Maaf, mbak! Ini yang nanti malam ada acara Pensi itu kan?"
”Iya. Betul.”
”Oh, syukurlah. Berarti benar tempatnya."
Angela melihat si Abang Ojol tersenyum.
”Mbak, di dalam ada panitia Pensi yang namanya Angela nggak?”
” Ada. Itu saya."
”Oh, itu mbak sendiri. Kebetulan banget.”
Kembali Angela melihat Abang Ojol tersenyum lebar. Ia tampak mengambil sesuatu dari motornya.
”Ini, mbak Baksonya,” katanya seraya menyerahkan Bakso dalam kantong plastik ke Angela.
”Haah??? Saya nggak pesan Bakso. Salah orang mungkin."
”Mbak, namanya Angela Putri kan?”
”Iya Betul. Tapi saya nggak pesan Bakso.”
”Kiriman nih mbak. Dari Mas Revin,” ujar Abang Ojol.
Mata Angela membesar karena kaget.
”Ini mbak. Baksonya silahkan diambil."
Abang Ojol menyodorkan kantong plastik berisi Bakso itu. Angela menerimanya masih dengan perasaan bingung. Abang Ojol berpamitan pergi. Angela mengangguk. Setelah itu ia berjalan masuk ke arah gedung kesenian lagi. Saat ia hendak masuk ke dalam ruangan gedung, dari arah dalam muncul Randy. Kembali keduanya dihinggapi rasa tak nyaman. Kikuk. Mereka berdiri sejenak untuk berkomunikasi.
”Kok keluar?” tanya Angela basa-basi.
”Oh, emmhh iya. Ada perlengkapan Septiana yang lupa. Masih tergantung di motor. Makanya mau di ambil ini."
”Ooh,” jawab Angela singkat.
Randy melihat kantong plastik yang di bawa Angela.