Kiara berjalan masuk kelasnya, menuju tempat duduknya, suasana kelas sangat ramai layaknya sebuah pasar, mungkin. Meski suasananya riuh, namun bagi Kiara hal itu biasa saja, ia hanya duduk di bangkunya tanpa mengacuhkan yang lain.
"Kiara, Lo udah kerjain PR Bu Maya belum?" Tanya Bintang yang duduk tepat di depannya.
Kiara mengeluarkan buku PR-nya dan menyerahkan kepada Bintang tanpa menjawab, karena ia sudah menduga kalau temannya itu ingin menyalin pekerjaannya. Tanpa ragu cowok berkacamata itu mengambil buku Kiara, dan mensiluetkan ucapan terimakasih lewat gerak bibirnya.
Tak berselang lama Mia datang, duduk di sebelah Kiara, ya karena memang itu bangku miliknya. Mia mengambil botol minumnya, dan meminumnya dengan sedikit terburu-buru, ia sangat haus tampaknya.
"Ahhh, lega." Mia mengelap mulut dengan tangannya, ditolehnya ke arah Kiara yang sedang sibuk dengan handphonenya. Matanya menyipit, mencoba mengintip apa yang sedang dikerjakan sahabatnya itu.
"Ga usah kepo!" Sentak Kiara melirik sedikit kepada Mia.
"Ketauan deh." Mia menggaruk rambutnya meskipun tidak gatal.
"Lo masih marah ya Kia?" Tanyanya harap cemas, takut jika Kiara masih marah padanya. Tak terdengar jawaban, membuatnya semakin bingung harus berbuat apa untuk memecah batu es yang ada di sebelahnya.
"Gue minta maaf deh, gue ngaku salah, tapi itu karena gue peduli, gue ga mau Lo selalu terpuruk."
Kiara masih diam dan sibuk dengan handphonenya, ia sedang membuka sosmed milik Faris Mahardika, meski tak pernah ada pembaruan disana, terakhir update pun saat pertandingan sepakbola tahun lalu sebelum ia menghilang.
"Kiara, kok gue dikacangin sih!"
"Kacang mahal, kacang mahal." Ledek Dimas, teman sekelas Kiara yang duduk tepat di sebelah Mia.
Mia memanyunkan bibirnya, menoleh ke arah Dimas dan memandang sinis. Saat ingin membalas ledekan Dimas, terdengar ucapan salam Bu Maya, diiringi jawaban anak-anak satu kelas.
Fokus anak-anak pun tertuju pada seorang siswa yang nampak asing berjalan di belakang Bu Maya, tak sedikit juga yang berbisik-bisik mengomentari pemandangan langka di depan mereka. Sepertinya Bu Maya membawa anak baru yang tampan, ya murid pindahan yang sangat mempesona. Tingginya berkisar seratus delapan puluh empat sentimeter, kulit putih, hidung mancung, mungkin bisa digambarkan seperti El anaknya Ahmad Dhani.
"Selamat pagi anak-anak, pasti kalian bertanya-tanya ibu membawa siapa di pagi hari ini."
"Dia bukan artis ataupun anak artis ya." Canda Bu Maya meskipun agak garing.
"Pagi ini kita kedatangan teman baru, murid pindahan dari Singapura, namanya Yuda Anggara."