Keesokan harinya di sekolah, Kiara hampir saja datang terlambat, ia menjadi orang terakhir yang datang di kelasnya. Saat melihat penampakan Kiara, Mia melambaikan tangannya menyambut kehadiran Kiara.
"Sini-sini Kia." Padahal tanpa ia menyambutnya pun, Kiara akan datang sendiri menghampiri bangkunya.
"Minta nomor Lo dong." Mia menyodorkan hp nya yang tampak terlihat baru.
"Masih nomor lama kok." Jawab Kiara tanpa melihat kearah hp baru Mia.
"Gue baru ganti hp, nih coba lihat." Sodor Mia lagi tanpa bermaksud untuk pamer, Kiara memandang datar pada smartphone keluaran terbaru milik sahabatnya itu yang sedang hits dikalangan remaja belakangan ini. Namun Kiara tidak begitu tertarik untuk berkomentar dan dia pun memenuhi permintaan sahabatnya itu, ia memasukan nomornya dan tak lupa menekan tombol save, dan mengembalikan smartphone lipat itu kepada pemiliknya.
"Thanks ya..." Ucap Mia sembari memasukan smartphone barunya kedalam saku bajunya.
"Gue minta juga dong." Pinta Yuda tanpa rasa malu, ia ikut-ikutan menyodorkan hp ke arah Kiara. Suasana kelas menjadi ricuh, mereka meledek perbuatan Yuda yang secara terang-terangan meminta nomor Kiara.
"Cie-cie, Yuda mau pedekate tuh." Ledek seseorang dari arah sudut belakang kelas.
"Yuda tau aja yang bening." Tambah yang lain.
"Tapi mereka cocok sih, yang satu cewek paling cantik di kelas dan yang satunya cowok paling ganteng." Diiringi sahutan dari yang lainnya juga, hal ini membuat Kiara meradang.
"Gak mau!" Tolak Kiara galak.
"Ah ditolak bro." Ledek cowok yang duduk di depan Kiara, Yuda hanya menepuk dadanya seolah terasa sakit sambil cengengesan.
"Yud, mau nomor gue aja ga?" Tawar Uci Bendahara kelas yang sebenarnya gak kalah cantik dari Kiara, tapi sayangnya sifatnya sedikit centil, membuat ilfil Yuda saja.
"Lain kali aja ya." Tolak Yuda lalu kembali duduk pada kursinya, tepat di belakang Kiara. Uci si bendahara pun hanya bisa manyun menahan malu, karena satu kelas berbalik menertawakannya.
"Lo ada-ada aja sih bro." Guman Stevan.
"Namanya juga usaha." Jawab Yuda pelan, Stevan hanya menggelengkan kepalanya karena heran.
Tak berselang lama guru Bahasa Indonesia yang terkenal latah memasuki kelas, Bu Andin namanya.
"Selamat pagi anak-anak." Sapanya ramah, ya dia memang terkenal ramah dan jenaka.
"Pagi Bu." Jawab mereka dengan kompak.
Saat pelajaran Bu Andin, Yuda kembali membuat ulah, ia merobek selembar kertas lalu menulis pesan untuk Kiara.
'Kiara Lo ada pulpen?'
Yuda mengetuk pundak Kiara dengan kertas yang telah ia lipat, pada awalnya Kiara mengacuhkan, namun lama-lama ia menjadi kesal dan mengambil kasar kertas itu.
'maksudnya?' Kiara melempar kertas balasannya ke arah belakang tanpa menoleh.