Flashback On
Sore hari sepulang sekolah Kiara dan Mia duduk di pinggir lapangan sekolah, melihat Faris yang sedang bermain sepakbola bersama teman-temannya.
"Kalo di lihat-lihat Stevan lumayan juga ya." Ujar Mia sembari menopang dagunya, memperhatikan Stevan yang juga sedang bermain bola.
"Lo suka ya sama dia." Goda Kiara menyenggolkan bahunya pada Mia.
"Gue cuma bilang lumayan kali, gue ga bilang gue suka." Mia memainkan bola matanya.
"Ya kalo suka juga ga pa-pa, kan kita bisa double date." Kiara nampak bersemangat.
"Dih, gue ga mau secepat itu jatuh hati, First Love gue haruslah orang yang istimewa." Cicit Mia.
"Keburu perawan tua Lo nya." Ledek Kiara diiringi tawanya.
"Eits, coy-coy! Amit-amit jabang bayi!" Mia mengetuk-ngetuk lutut dan kepalanya secara bergantian, Kiara hanya terkekeh melihat sahabatnya begitu percaya takhayul.
Tampak Faris datang menghampiri mereka, ia turut duduk di sebelah Kiara sembari mengatur nafasnya, raut wajahnya terlihat pucat seperti sangat kelelahan. Kiara menyodorkan air mineral yang ada di tangannya kepada Faris, ia pun mengelap keringat pacarnya itu dengan handuk kecil yang sedari tadi menggantung di pundaknya.
"Cape banget ya Ris?" Kiara sedikit khawatir melihat wajah Faris yang pucat.
"Ga kok, santai." Tepat saat itu juga darah segar mengalir dari hidungnya.
"Ris, Lo mimisan!" Kiara semakin cemas, ia mengeluarkan tisu dari tasnya dan mencoba melap darah dari hidung Faris.
Faris mengambil alih tisu yang ada di tangan Kiara, ia pun mendongakkan kepalanya keatas, mencoba menghentikan mimisannya. Setelah menghabiskan beberapa lembar tisu, Faris pun mencoba menyumpal hidungnya dengan tisu.
"Gimana, apa yang kamu rasain, kita kerumah sakit aja yuk!" Ajak Kiara, tangannya sedari tadi memegang ujung baju Faris.
"Iya Ris, takutnya Lo kehabisan darah!" Ucapan Mia semakin membuat Kiara cemas.
"Santai, begini doang ga bakal bikin gue kehabisan darah, paling pingsan doang." Dalam kondisi seperti ini Faris masih bisa bercanda.
"Ris!" Rengek Kiara.
"Gue anter ke rumah sakit aja!" Tawar Stevan.
"Gak usah, gue gak kenapa-kenapa! Nih juga udah ga keluar lagi darahnya." Faris membuka tisu yang menyumpal hidungnya.
"Balik aja yuk sayang." Faris merangkul pundak Kiara.
"Emang kamu bisa nyetir?". Tanya Kiara tak percaya.
"Bisalah, aku masih kuat kok, atau kamu mau aku gendong sekalian." Faris berjongkok, tangannya mengisyaratkan Kiara untuk naik ke punggungnya.
Kiara menjitak kepala Faris, gemas sekali melihat tingkah laku pacarnya ini. Disaat semua orang merasa khawatir, dia malah masih bisa bertingkah konyol.
"Auw, sakit sayang!" Faris mengusap kepalanya.
"Lagian ada-ada aja, yang perlu di bopong tuh kamu." Kiara menggerutu.
Faris mengusap lembut rambut Kiara, diiringi sorakan dari anak-anak lain yang masih ada di lapangan.