Sudah satu Minggu Mang Ujang di rumah sakit, hampir setiap hari pula Kiara datang menjenguk dan membeli makanan untuk Bi Nah.
Hari ini Kiara mendapat kabar jika Mang Ujang sudah diperbolehkan untuk pulang, namun saat Kiara berniat membolos dan ikut menjemput ke rumah sakit, Mami malah melarangnya. Setelah perdebatan yang sengit, tetap saja ia tak mendapatkan izin tersebut. Akhirnya ia pun mengalah dan tetap berangkat ke sekolah, sepanjang jam pelajaran ia nampak gelisah, ingin rasanya untuk cepat pulang saja.
"Lo kenapa sih?" Bisik Mia.
Teet teet teet, bel sekolah pun berbunyi. Gegas Kiara merapikan peralatan sekolahnya, tanpa menjawab pertanyaan Mia terlebih dahulu.
"Baik anak-anak, Ibu tutup pelajaran kita hari ini. Selamat sore semuanya." Ujarnya, lalu meninggalkan kelas.
"Gue duluan ya, Mang Ujang balik kerumah hari ini." Pamit Kiara, ia tampak terburu-buru.
"Kiara, bareng gue aja." Gegas Yuda menyusul Kiara yang lebih dulu keluar dari kelas.
Mia memandang punggung kedua temannya itu sampai tak terlihat, ia pun tersenyum penuh arti.
"Kenapa Lo?" Tegur Stevan heran melihat Mia senyum-senyum sendiri.
"Ga kok, tumben Lo nyapa?" Mia malah balik bertanya.
"Biasanya Lo cuek aja, boro-boro nanya duluan, di tanya aja jawab seperlunya." Cicit Mia.
Stevan menghela nafas panjang, lalu berlalu meninggalkan Mia tanpa menjawab pertanyaannya.
"Yee ga sopan, di tanya malah pergi gitu aja." Dengusnya kesal.
Mia berjalan di koridor sekolah, ia tampak sibuk dengan ponselnya hingga tak memperhatikan jalan yang ada di depannya. Saat itu ia tak sengaja menabrak punggung seseorang yang ada di depannya. Ia menabrak seorang cowok yang sedang berdiri dan mengobrol dengan beberapa temannya.
"Auw!" Rutuknya.
Mia diam seribu kata saat cowok itu membalikan badannya, matanya dan mata cowok itu saling beradu pandang. Cowok tampan, adik kelasnya yang ia sukai sejak pertama kali melihatnya di ospek tempo lalu.
"Sorry!" Ucap Mia akhirnya setelah diam beberapa saat.
"Ah ga pa-pa kak." Cowok putih itu tersenyum padanya, nampak dua buah lesung pipi menambah manis senyumannya.
Saat melihat senyumannya, Mia memilih untuk segera pergi, namun sebelumnya ia sempat membaca name tag adik kelasnya itu, Daniel tertulis disana. Sekian lama mengaguminya, baru sekarang ia tau namanya.
"Jadi namanya Daniel." Guman Mia setelah berlalu, ia tersenyum sendiri membayangkan apa yang terjadi tadi, sebuah kebetulan yang membawa keberuntungan karena ia bisa tau namanya.