Flashback On
Tuk tuk tuk, Kiara yang sedang mengerjakan PRnya merinding saat mendengar suara ketukan dari jendelanya.
Tuk tuk tuk, bunyi itu terdengar kembali. Bulu kuduk Kiara pun berdiri saking ia merasa takut, ingin rasanya ia berlari dari sana, namun kakinya terasa kaku tak bisa bergerak.
"Kiara." Panggil seseorang yang tak asing suaranya.
Kiara yang tadinya merasa takut, perlahan rasa takutnya berganti rasa penasaran akan suara itu, apakah dirinya hanya sedang halusinasi, atau hantu yang datang menyamar menjadi seseorang yang dikenalnya.
"Sayang buka jendelanya."
"Faris?". Ucap Kiara, lalu beranjak dan membuka jendela kamarnya. Benar saja itu memang dia.
"Kamu ngapain sih?" Tanya Kiara heran.
Ternyata Faris bersama Stevan dengan nekat mengendap-ngendap masuk ke halaman Kiara membawa tangga, Faris menaiki tangga tersebut untuk sampai di kamar Kiara, sedangkan Stevan menunggu di bawah sambil memegang tangga agar Faris tak terjatuh.
"Mau ketemu kamu." Faris cengengesan saat telah berhasil masuk ke dalam kamar Kiara.
"Tapi kamu kayak maling tau ga."
"Iya, maling hati kamu." Canda Faris sambil mencubit hidung Kiara.
"Ihh, lepasin." Kiara menarik tangan Faris yang sedang mencubit hidungnya itu.
"Ya habis kamu pake acara ngambek segala, ponselnya pasti sengaja dimatiin kan." Faris mendekatkan wajahnya.
"Kamu juga nyebelin, main bola Mulu setiap hari, udah jarang pulang bareng aku." Kiara memanyunkan bibirnya.
Faris tersenyum melihat Kiara, merasa lucu melihatnya merajuk seperti itu.
"Maaf ya sayang, kamu kan tau sebentar lagi ada turnamen. Aku janji deh, habis turnamen nanti kamu bebas ajak aku kemanapun kamu mau." Bujuknya.
Kiara memutar bola mata dan bibirnya secara bersamaan, mencoba menimbang tawaran Faris padanya.
"Janji?". Kiara mengulurkan kelingkingnya, dan langsung disambut Faris.
Mereka berdua pun saling berpandangan dan tersenyum, Faris membuka lebar tangannya, memberi ruang untuk Kiara memeluknya. Namun Kiara malah teralihkan fokusnya pada tangan Faris, terdapat beberapa titik lebam disana.
"Ini kenapa?" Tanya Kiara sambil memegang lebam-lebam di tangan Faris.
Faris pun sepertinya baru menyadari jika ia mendapatkan lebam, ia memandang tangannya dan memutar ulang memorinya, rasanya ia tak terjatuh ataupun terbentur sesuatu.