Sonia mami Kiara melihat ke halaman rumahnya, begitu tak terurus semenjak Bi Nah dan Mang Ujang pulang kampung. Tanaman yang dulu menjadi kesayangannya pun tampak layu dan hampir mati, gegas ia keluar untuk mengurusnya sebelum benar-benar terlambat.
"Sonia." Tegur seseorang saat ia tengah asik memotong batang tanamannya yang tak bisa diselamatkan.
Sonia menoleh ke sumber suara.
"Kamu Sonia kan, Aku Rahma!" Ucapnya sambil mendekati Mami Kiara.
"Rahma!" Pekik Sonia, lalu meletakkan terlebih dahulu gunting yang ada di tangannya sebelum berhambur memeluk sahabat masa SMA-nya dulu.
"Apa kabar? Long time no see." Mereka pun cipika cipiki seusai berpelukan.
"Ya seperti yang kamu lihat, Son. Kamu Ibunya Kiara?"
"Kamu kenal anakku?" Selidik Mami Kiara.
"Iya, anakmu yang cantik pernah datang ke rumahku. Dia juga teman anakku, mereka satu sekolah." Rahma menunjuk rumahnya yang ada persis di depan rumah Sonia.
"Loh, bukankah itu rumah Herman!" Sonia menatap Rahma curiga.
"Aku baru saja pindah bersama anakku." Jawab Rahma sedikit gugup.
"Oh gitu, ya udah ayo mampir dulu! Udah lama banget kita gak ketemu, akan aku buatkan teh manis kesukaan mu."
Sonia menggandeng lengan Rahma mengajak sahabatnya itu untuk masuk ke dalam rumah.
"Jadi anak kita satu sekolah?" Tanya Sonia sambil meletakkan teh manis buatannya di atas meja.
"Iya, nama anakku Yuda. kayaknya mereka juga cukup dekat deh, aku lihat mereka beberapa kali berangkat dan pulang bareng." Celoteh Rahma, nada suaranya terdengar senang saat menceritakan tentang Kiara dan Yuda.
"Aku bukan Ibu yang baik, Ma. Bahkan aku sendiri gak mengenal dengan baik teman-teman anakku..." Lirihnya.
"...Aku terlalu sibuk sama pekerjaan, sampai-sampai aku gak tau kalo selama ini anakku gak bahagia. Bahkan semalam kami juga bertengkar, melihatnya menangis membuatku merasa sangat bersalah, aku menyesal membuatnya menjadi seperti itu" Ucap Sonia terdengar sedih.
"Tapi Kiara tumbuh jadi anak yang baik, dia juga sopan dan cantik sepertimu." Rahma mencoba menghibur Sonia, ia menggenggam tangan sahabatnya itu.
Sonia menghela nafas panjang, menatap kosong ke depan. Perkataan Rahma membuatnya sedikit tenang, setidaknya Kiara tak sampai salah pergaulan, hanya saja mulai saat ini dia memang perlu lebih memperhatikan anaknya.
"Iya aku bersyukur akan hal itu, tapi Kiara butuh perhatian lebih dariku, dia sedang patah hati."
"Patah hati?" Rahma menjadi penasaran akan kisah percintaan Kiara.
"Iya, dia punya teman semasa kecil, namanya Faris."
"Terus?" Selidik Rahma lagi.
"Faris pergi begitu aja, Kiara jadi ngerasa ditinggalin sama orang yang sangat disayanginya…"