Teet… teet… teet…
Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Guru dan para murid bergegas meninggalkan kelas, begitu juga dengan Yuda yang keluar kelas tanpa menghiraukan Kiara yang masih duduk di kursinya ditemani oleh Mia.
Melihat sikap acuh Yuda, Kiara menangis. Untung saja tak ada lagi orang di kelas selain dirinya dan Mia.
"Kia, kenapa Lo nangis?" Mia mencemaskan sahabatnya itu.
“Yu...da."
Kiara tak sanggup melanjutkan kata-katanya, ia merasa kehilangan sosok Yuda. Benar apa kata orang, kita baru menyadari arti seseorang setelah kita kehilangannya.
Mia menepuk pundak Kiara, tak menyangka jika Kiara akan terluka kembali oleh seseorang yang ia pikir bisa menggantikan Faris.
"Sabar ya." Ucap Mia, ia bingung harus bagaimana menenangkan Kiara.
"Apa Yuda juga bakal pergi seperti Faris?" Kiara terisak, memikirkan kembali saat Faris pergi.
Flashback On
Drrt drrt drrt, ponsel Kiara bergetar. Tertera 'Mas Pacar' pada layar ponselnya, tak menunggu lama Kiara segera mengangkatnya.
“Hallo, aku udah nungguin kamu dari tadi lho. Kamu telat setengah jam dari jadwal telpon kita!” Cerocos Kiara.
“Maaf ya.” Ucap Faris tak bersemangat.
“Lemes amat?” Kiara heran mendengar suara Faris tak terdengar seperti biasanya.
“Aku udah di depan pagar rumah kamu, bisa kesini sebentar?”
Kiara membuka gordennya, benar saja Faris berdiri di depan pagar rumahnya. Segera Kiara mematikan ponselnya untuk menghampiri pacarnya itu.
Saat pagar telah Kiara buka, Faris memeluknya.
"Kenapa, Ris?" Tanya Kiara cemas melihat wajah Faris yang sendu.
Faris tak menjawab, ia semakin memeluk erat Kiara. Pundak Kiara basah oleh air mata Faris.
"Kamu nangis, Ris?" Kiara semakin cemas, karena sudah lama ia tak pernah melihat Faris menangis seperti ini, terakhir kali Faris menangis adalah saat Mamanya meninggal dunia.
"Kita duduk dulu, yuk." Kiara mengajak Faris duduk di ayunan rumahnya.
Saat mereka duduk di ayunan, Faris masih saja menangis. Kiara memeluk Faris, membiarkan lelaki itu menangis di pundaknya.
"Papa mau nikah lagi, Ra." Ucap Faris pelan.