Tepat saat Yuda telah sampai ke rumahnya sepulang sekolah hujan deras datang mengguyur.
Yuda tampak sangat lelah, wajahnya sembab dan pucat. Ia hempaskan tubuhnya di atas sofa yang empuk, matanya memejam. Terbayang wajah Kiara yang menangis, Yuda memukul-mukul keningnya berharap bayangan Kiara menghilang.
"Yuda, Bunda mau bicara." Rahma menghampiri putranya.
Yuda segera mengusap air matanya yg mengalir, tak ingin Bundanya melihat hal itu.
"Bicara saja, Bunda."
"Bunda sudah bilang agar kamu menjauhi Kiara, kenapa kamu masih mendekatinya!" Ucap Rahma dengan nada sedih.
Yuda membuka matanya yang tampak kemerahan. Rahma tercengang melihat keadaan putranya itu, terlintas rasa bersalah dalam hatinya.
"Bunda tau darimana?" Yuda mengernyitkan dahinya.
"Tidak penting masalah itu, seharusnya kamu menepati janjimu Nak!" Rahma mengatakannya dengan pelan, sungguh dalam hatinya ia terpaksa melakukan ini.
"Apa Yuda harus diam saja melihat Kiara jatuh dan berdarah, Bun?"
"Kiara terluka?" Rahma terkejut mendengarnya.
"Bunda tau seperti apa Yuda sayang Kiara, selama ini Yuda sudah menuruti semua yang Bunda inginkan! Termasuk menjauh dari Kiara!" Yuda mengepalkan tangannya, memukul-mukul meja.
"Bunda mengerti sayang, hanya saja untuk sementara waktu sampai…"
"Sampai apa Bunda? Sampai Kiara menutup hatinya untuk Yuda?" Ucap Yuda dengan sinis.
Prang!!! Terdengar benda yang sengaja dijatuhkan bersumber dari kamar atas, wajah Bunda menjadi pucat.
"Jangan paksa Yuda lagi Bunda, hanya demi seseorang yang bahkan gak pernah menghargai Bunda dirumah ini!" Yuda berteriak seperti dengan sengaja agar suaranya terdengar sampai ke lantai atas.
Prang!!! Prang!!!
Semakin banyak barang yang sengaja dibanting, Yuda menjadi muak akan situasi ini. Rahma mencoba menenangkan putranya, ia menggenggam tangan Yuda erat. Sayangnya Yuda tidak tahan lagi, ia menepis tangan Rahma.
"Maaf, Bun. Kiara berhak tau semuanya!"
Yuda berlari keluar rumah, tak peduli jika hujan membasahi tubuhnya. Dibenaknya hanya ingin bertemu Kiara saat ini juga, ia ingin memeluk gadis yang ia cintai.
Tok tok tok! Yuda mengetuk rumah Kiara. Sesekali ia mengusap wajahnya yang basah oleh hujan dan airmata.
"Yud… Yuda!" Kiara kaget melihat Yuda yang datang dengan basah kuyup.
"Kiara."
"Siapa yang datang Kiara?" Mami Sonia datang menghampiri mereka berdua, ia tercengang melihat Yuda hujan-hujanan.
"Suruh masuk dulu, Ra. Biar Mami bawakan handuk." Ucap Mami.
Yuda dan Kiara duduk di sofa, Mami datang tergopoh-gopoh membawa handuk bersih dan pakaian milik suaminya untuk Yuda.
"Ini pakai dulu, Mami akan bikinkan teh hangat."
Usai Yuda mengeringkan badan dan berganti pakaian di kamar mandi, ia kembali duduk di sebelah Kiara yang masih menunggunya.
Yuda mendaratkan kepalanya di pundak Kiara.
"Sebentar saja… aku mau seperti ini sebentar saja." Ucap Yuda pelan.
"Ada apa, Yud? Kenapa kamu datang ke rumahku seperti ini?" Tanya Kiara bingung.
"Maafin gue ya, Senja."