Pagi hari yang cerah, namun tak secerah wajah Kiara. Wajahnya kembali sendu, semalaman ia tak keluar dari kamarnya menangis hingga matanya bengkak, meski beberapa kali Sonia mencoba membujuknya untuk makan malam tapi tetap tak digubrisnya.
"Dimakan rotinya, jangan cuma diliatin aja!" Tegur Sonia saat melihat putrinya hanya diam sambil menatap kosong pada sarapannya.
"Kiara gak lapar, Mi." Jawab Kiara dengan tatapannya yang kosong.
"Ya sudah, dibawa saja ke sekolah." Sonia memasukkan roti yang tak tersentuh itu ke dalam kotak bekal Kiara.
"Apa kamu mau bolos sekolah saja? Mami akan bilang ke sekolah kalau kamu sakit." Usul Mami Sonia.
Kiara menggeleng, jika tak sekolah maka ia bisa kehilangan kewarasan karena akan terus menangis dikamarnya.
"Ya sudah ayo berangkat."
Kiara mengangguk dan mengikuti langkah ibunya menuju mobil mereka. Sepanjang jalan Kiara hanya melamun, melihat ke arah jalanan.
"Kamu yakin mau sekolah?" Sonia khawatir jika disekolah Kiara bukannya fokus belajar, malah melamun sepanjang pelajaran.
"Kiara ada ujian Mi." Kiara mencari alasan agar tak dipaksa bolos sekolah.
"Hmm, ya sudah kalau begitu. Tapi nanti kalau kamu mau pulang lebih cepat, langsung telpon Mami saja. Mami akan segera datang menjemputmu dan bicara pada gurumu."
Kiara mengangguk, ia menyandarkan wajahnya ke kaca mobilnya.
"Kiara Mami mengerti kamu sedang kecewa, tapi jangan terlalu lama menyiksa diri. Kamu terlalu berharga Nak, jangan biarkan hidupmu hancur begitu saja…"
"... Kamu masih sangat muda, jalanmu masih panjang. Jatuh itu pasti, tapi jangan pernah menyerah untuk selalu bangkit. Patah hati adalah hal biasa, nanti kamu pasti bertemu sama orang yang tepat."
"Kiara tau Mi, sudah sering dengar. Beri Kiara waktu untuk berdialog pada diri sendiri, tentang apa langkah selanjutnya akan Kiara putuskan nanti."
"Baiklah sayang, jangan berlama-lama ya. Mami khawatir."
Sonia berusaha tersenyum, sebenarnya ia sangat sedih melihat Kiara seperti ini, siapa sih yang mau melihat putrinya terluka?
***
Kiara sampai di kelas tepat saat bel berbunyi, terlihat ia menjadi terakhir yang sampai di antara siswa kelasnya.
"Kiara Lo kenapa?" Bisik Mia, takut terdengar guru yang sedang mengajar.
Kiara menghela nafas beratnya dan menggelengkan kepalanya.
"Ceritain ke gue jam istirahat ya, gue yakin ada apa-apa." Bisik Mia lagi.
Kiara mengangkat bahunya dan kembali menatap ke papan tulis, meskipun pikirannya entah kemana.
***
Bel istirahat berbunyi, hampir seluruh siswa di kelas Kiara pergi keluar. Tinggallah Kiara, Mia, Stevan dan Yuda masih duduk di tempat mereka masing-masing.
"Kiara, cerita ke gue. Lo kenapa? Berantem sama dia?" Sorot Mata Mia melihat ke arah Yuda.
"Faris kembali." Jawab Kiara pelan.
"Faris?" Mia dibuat kaget mendengar perkataan Kiara.