Oh My First Love

Dea Avisca
Chapter #27

Rindu Yang Terobati

Sesampainya Kiara dirumah, terlihat Tante Rahma telah menunggunya di teras. Wajahnya terlihat lelah, entah berapa lama ia duduk disana menunggu Kiara pulang.


"Ada apa lagi Rahma?" Tanya Mami Sonia tak suka melihat kehadiran sahabatnya.


"Son, bisakah Kiara ikut aku ke rumah? Kasihan Faris, sepertinya ia sangat membutuhkan Kiara." Ucapan Rahma terdengar putus asa.


"Faris kenapa Tante?" Kiara merasa khawatir.


"Dia demam dan muntah-muntah, harusnya Faris kemoterapi kemarin, tapi dia menolaknya. Kamu bisa kan, ikut Tante ke rumah mungkin saja Faris akan punya semangat sembuh kembali."


Kiara menoleh pada ibunya, raut wajahnya seolah bertanya apakah akan diizinkan untuk menjenguk Faris di rumahnya.


"Pergi saja kalau kamu mau Kiara." Mami Sonia memberikan izinnya.


"Baiklah, ayo Tante." 


"Terimakasih Sonia, Kiara."


Mata Rahma berkaca-kaca, ia memeluk Sonia untuk sejenak berbagi bebannya selama ini. Tak pernah dirinya bermaksud mengkhianati sahabatnya itu. Sonia menenangkan Rahma dengan membalas pelukannya, ia menepuk-nepuk pundak sahabatnya.


"Maafkan aku, jika bukan karena hidupku berhutang budi yang pada Mas Herman mungkin aku tidak akan menikah dengannya…" Rahma terisak.


"Mantan suamiku memiliki hutang besar, dan Mas Herman yang melunasinya dan bahkan membiayai Yuda sekolah dan kebutuhan kami sehari-hari." 


"Saat kecil Yuda juga sakit-sakitan hingga aku tak bisa bekerja karena sibuk menjaganya, jika bukan atas kebaikan Mas Herman aku tidak tahu apakah Yuda masih ada didunia ini atau tidak."


"Ah, aku tidak tau jika kau mengalami hal berat selama ini." Ucap Sonia menyesal.


"Maafkan aku Sonia, Kiara." Isak Rahma lagi.


Beberapa menit Kiara menunggu Ibunya dan Tante Rahma berpelukan, ia tak ingin menyela mereka. Hatinya sedih mendengar cerita dari Bunda Yuda, ada rasa syukur di hatinya karena Yuda bisa sehat sekarang.


"Sudah aku maafkan semuanya, maafkan aku juga karena kemarin tidak memberimu kesempatan menjelaskan semuanya padaku." Ucap Sonia.


"Tak apa, aku mengerti siapapun pasti marah jika mengalaminya."


"Bilang padaku jika ada apa-apa, aku akan membantumu." 


"Iya, terimakasih Son. Aku izin pulang bersama Kiara ya."


Sonia mengangguk, lalu Rahma dan Kiara berjalan bersama menuju rumah Faris. Saat masuk ke dalam ternyata semua masih sama, Kiara tak merasa asing disana. Tata letak perabotan masih pada posisi yang sama, tidak ada yang berubah. Kiara langsung naik ke lantai dua, ke kamar Faris.


Kiara melihat Faris sedang tertidur, dipandanginya wajah Faris yang banyak berubah. Bibir Faris tak lagi merah, alisnya juga tak setebal dahulu. Tubuhnya kurus sekali dan perutnya membuncit, kulitnya pun sangat pucat seperti tak ada darah yang mengalir di tubuhnya.


Kiara membelai kepala Faris yang nyaris botak, kemarin tak terlalu diperhatikan karena Faris memakai kupluk saat datang kerumahnya.


Melihat keadaan Faris seperti ini, Kiara menjatuhkan air mata. Tetesannya jatuh ke wajah Faris, hingga membangunkannya. Ia tersenyum saat melihat gadis yang dicintainya itu ada dihadapannya.


Lihat selengkapnya