Sepulang sekolah Kiara seperti biasa mampir kerumah Faris, mereka berjanji untuk mengerjakan PR bersama.
"Ris, mending kamu nyalin PR ku aja yang buat besok. Nanti kalau udah selesai, baru kita kerjain PR yang baru dikasih tadi." Usul Kiara.
"Hmm, ya udah. Bukunya yang mana?"
"Kamu cari aja buku biologi dalam tasku, aku mau ambil minum dulu, haus banget." Ucap Kiara lalu keluar kamar meninggalkan Faris sendirian.
Faris membuka tas Kiara mencari buku yang dimaksud Kiara tadi, namun ia melihat sketchbook milik Kiara.
"Ah, kamu masih suka bawa ini kemana-mana ya." Guman Faris.
Faris mengambil buku tersebut dan membuka lembar demi lembar ya. Ia senyum-senyum sendiri melihat hasil karya pacarnya itu, saat melihat sketch dirinya mengingatkannya pada masa itu…
Flashback On
Di Sore hari yang cerah, Kiara dan Faris sedang duduk di ayunan yang ada di halaman rumah Kiara.
"Ris, bisa diam tidak?" Sungut Kiara sebal.
"Pegel sayang." Gerutu Faris.
Sedari tadi dia diminta Kiara untuk duduk diam dan tidak boleh bergerak, Kiara sedang menjadikan Faris sebagai model ilustrasinya.
"Ya udah deh, ga usah. Nanti aku cari model cowok lain aja, yang bisa diajak kerjasama." Ucap Kiara merajuk.
"Eh kok gitu sih, ya udah deh nih aku diem lagi."
Faris memperagakan diri seperti patung, duduk dengan tegap. Kiara yang melihatnya jadi tertawa.
"Apa yang lucu sih sayang!" Faris protes.
"Hahaha, habis kamu mau aja dibegoin!"
Faris mengernyitkan dahinya.
"Kenapa sih sayang?" Tanyanya lagi.
Kiara membungkam mulutnya tak mau memberitahu, Faris mendekati Kiara dan menggelitik pinggangnya.
"Ngaku gak, kamu ngerjain aku apa?"
"Hahaha, iya iya ampun Ris." Kiara tertawa geli.
"Ayo buruan, ngaku!"
"Sebenernya aku bisa pake fotomu aja buat gambar."
"Apa? Jadi dari tadi aku sia-sia dong diem kayak patung, sampe gatal aja gak bisa ku garuk. padahal aku sengaja demi kamu loh sayang." Gerutunya, kini dirinya yang merajuk.
"Maaf sayang, maaf. Habis liat kamu serius banget buat jadi modelku tuh lucu banget."
"Gak ah, aku gak mau maafin."
"Kok gitu sih, sayang maaf." Bujuk Kiara memelas sembari menarik-narik ujung baju Faris.
"Ada syaratnya."
"Apa?"
Faris memberikan isyarat jari telunjuk di bibirnya, Kiara menelan salivanya gugup.
"Cium?"
"Iya, buruan."