Tepat satu Minggu setelah kelulusan, anak-anak kelas dua belas SMA Karya Anak Bangsa akan mengadakan acara perpisahan di aula hotel bintang lima.
Kiara sedang bersiap memakai dress panjang yang menunjukkan siluet badannya, terdapat belahan juga disampingnya. Dia berdandan sangat cantik malam ini, tak lupa dengan heels dengan warna yang matching dengan gaunnya, dan dia juga membawa clutch cantik yang dipinjam dari sang ibu.
"Cantik banget anak mami." Mami Sonia berdecak kagum melihat penampilan putrinya yang tampak anggun.
"Ah Mami bisa aja." Kiara tersipu malu.
"Yuk, Mami antar sekarang."
"Bentar Mi, Kiara mau ketemu Faris dulu."
"Yaudah Mami tunggu di mobil ya, jangan lama-lama Kiara."
Kiara berjalan menuju rumah Faris, ingin melihat reaksi Faris akan penampilannya. Sesampainya disana, Kiara bertemu dengan Papa Herman.
"Kiara." Sapa Papa Herman saat membuka pintu rumahnya untuk Kiara.
"Papa, apa kabar?" Kiara memeluk Papa Herman, melepas kerinduan padanya.
"Baik dong sayang, sudah lama gak ketemu kamu makin cantik, mau farewell party ya?"
Kiara mengangguk.
"Tapi aku mau bertemu Faris dulu Pa."
"Pasti Faris seneng deh lihat pacarnya dandan secantik ini, ya udah sana naik saja ke kamarnya."
"Oke Pa."
Kiara menuju kamar Faris, ia masuk tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Faris yang sedang menulis sesuatu di buku menjadi sedikit terkejut dan langsung menutup bukunya sebelum Kiara melihatnya.
"Tara… gimana? Aku cantik gak?" Kiara memamerkan dirinya.
Faris melihatnya dengan seksama, mengagumi pacarnya.
"Jelek ah."
"Dih, kok gitu sih?" Kiara memasang wajah cemberut.
"Kamu disana mau gaet cowok lain ya?"
"Ih apaan sih, ya gak lah. Kan aku pakai sesuai temanya aja, masa aku kesana pakai baju tidur kan saltum." Gerutu Kiara.
"Iya-iya cantik."
"Makasih ya sahabatku yang terbaik." Kiara mencubit pipi Faris yang tirus.
"Auw!" Ringis Faris.
Faris mengusap-usap pipinya.
"Jadi aku cuma sahabat ya." Faris tersenyum getir.
Kiara menyadari jika dirinya telah salah bicara, segera ia mengatupkan bibirnya dan berpikir untuk memperbaiki situasi yang canggung.
"Kamu kan segalanya buatku, sahabat, teman berantem dan kekasih terbaik."
Faris menghela nafasnya, ia tahu jika Kiara hanya berusaha untuk menghiburnya saja.
"Nih lihat, kalung ini masih ku pakai. Kalau aku gak menganggapmu, gak mungkin kan aku pakai ini terus."
Kiara mendekatkan wajahnya agar Faris dapat melihat dengan jelas kalung yang selalu ia pakai, bahkan saat Faris menghilang pun kalung itu tetap pada lehernya, tak pernah terbesit niatnya untuk melepas hadiah dari Faris itu.
"Iya-iya aku percaya, jangan dekat-dekat aku gak tahan melihatmu terlalu cantik." Faris memalingkan wajahnya.
"Hmm, ya udah deh. Aku berangkat sekarang ya, nanti pulang dari partynya aku mampir kesini lagi. Tunggu aku ya." Kiara mencium kening Faris.
Faris melambaikan tangannya, melihat Kiara pergi dan menutup pintu kamarnya. Dihirupnya wangi parfum Kiara untuk terakhir kalinya.
***
Di Acara pesta Kiara datang sedikit terlambat karena harus mampir terlebih dahulu dan jalanan juga macet seperti biasanya.
Disana Kiara melihat Yuda sedang memainkan gitar akustik dan bernyanyi solo.
Yang terjadi kini
Ku hanya rumah persinggahanmu di saat kau terluka