Kiara sedang berdiri memandang indahnya pantai Pandawa, angin menerbangkan rambut keriting panjangnya. Sudah tiga tahun semenjak kepergian Faris, ia sekarang sudah berdamai dengan masa lalunya.
"Ris, sudah tiga tahun kamu pergi. Gimana diatas sana?"
Kiara mendongakkan kepalanya, memandang langit yang tampak cerah. Sorot matanya menyipit, silau karena sinar matahari. Kiara mencoba menghalau sinar itu dengan tangannya.
Flashback On
"Lo yakin mau pergi? Gak mau kuliah di Jakarta aja?" Tanya Mia.
Hari ini tepat satu bulan sejak kematian Faris, Kiara telah mengambil keputusan untuk meninggalkan kota ini, mengubur semua kenangan Faris dan Yuda secara bersamaan.
"Gue butuh tempat yang baru Mi, disini terlalu banyak kenangan, gue gak mau hidup dalam fatamorgana lagi…"
"... Walaupun gue yakin sih kepergian gue gak akan sepenuhnya bisa melupakan semuanya, tapi minimal mungkin dengan menjauh gue bisa perlahan nyembuhin luka gue." Jawab Kiara sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.
"Ki, Lo gak mau perjuangin cinta Lo ke Yuda?"
Kiara menghela nafasnya.
"Buat apa lagi diperjuangin? Gue sama Yuda bahkan sudah berakhir sebelum memulainya, cepat atau lambat perasaan gue juga akan hilang dengan sendirinya."
"Lo yakin? Gue tau sedalam apa perasaan Lo ke Yuda, semua keliatan dari sorot mata Lo setiap kali ngeliat dia."
Mia mencoba meyakinkan Kiara, tak ingin jika suatu saat sahabatnya itu akan menyesali kepergiannya.
"Lalu bagaimana dengan Yuda Mia? Lo yakin Yuda minta gue perjuangin, gimana kalo sebaliknya? Ternyata selama ini gue gak pernah ada dihatinya, dia deketin gue karena terpaksa?"
"Lo yakin dia terpaksa? Apa Lo udah siap kehilangan dia Kiara?" Mia menggenggam tangan Kiara erat, ditatapnya sahabatnya itu dengan lekat.
"Gue udah pernah kehilangan Mia, bahkan untuk selamanya. Lagian gue udah janji sama Faris, setelah dia meninggal gue gak akan bersama dengan Yuda."
Mia dibuat tercengang dengan perjanjian tak masuk akal antara Kiara dan Faris, bagaimana bisa Faris melarang Kiara untuk mengejar cintanya, apakah dia tak ingin Kiara bahagia? Bahkan setelah apa yang Kiara alami, tak berhak kah Kiara mendapatkan apa yang sepantasnya ia dapatkan?
"Tapi Kia.."
"Sshh, sudah! Anggap gue dan Yuda emang gak jodoh, hidup gue masih panjang, usia gue masih muda Mia. Gak seharusnya kan gue stuck di cinta yang mungkin tak sepatutnya gue perjuangin, sudah ya gue gak mau denger apapun lagi tentang Yuda…"
"... Gue harap ini terakhir kalinya kita bahas soal dia, Lo gak mau kan persahabatan kita berakhir konyol!" Kiara sedikit mengancam agar Mia menutup mulutnya tentang kisahnya dan Yuda.
Mia memeluk sahabatnya itu.
"Jaga diri baik-baik ya, jangan lupa buat kabarin gue, jangan karena gue bagian dari masa lalu Lo, Lo juga malah mau lupain gue." Rengek Mia.
"Ya gak lah, gak mungkin gue lupain sahabat gue yang bawel banget kayak Lo. Makasih ya Lo selalu care sama gue, Lo juga kabarin gue terus ya, dan jangan lupa undang gue kalo Lo married sama Daniel."
"Yee apaan, gue gak mau cepet-cepet nikah."