Saga memaklumi saat Ares tidak mau menyiapkan sarapan untuknya. Lagi untuk kesekian kalinya, senyuman mengambil peran untuk membuktikan bahwa ia baik baik saja. Mata tajam Ava bahkan sudah menyalak marah pada anaknya karena acuh tidak acuh.
"Saga, kamu mau sarapan apa?" tanya Ava sedikit memberi perhatian sekaligus menyindir halus anaknya. Ares yang belum peka, sibuk meneguk susu dan melahap roti bakar.
"Aku mau sarapan roti bakar aja, gini udah cukup," ucap Saga melahap potongan roti di tangan Ares. Gadis itu menoleh, mengerjab bingung yang dibalas senyuman manis Saga.
Jantung Ares sudah menggila saat pipinya tidak sengaja bersentuhan dengan bibir Saga, sialnya lagi, laki laki itu seperti sengaja mengelapkan selai yang nyangkut di bibir ke pipinya.
Ava dan anggota keluarga lain hanya bisa tersenyum masam melihat ke-uwuan pengantin baru itu.
"Ayah suka nih kalau begini, lanjutkan, Nak. Mantap mantap kalau perlu, biar sekaligus jadi cetakan ulung." Erwin-ayah Saga- memberi support lebih.
"Istri itu harus peka, kamu belajar lah kiat kiat jadi istri baik dari Mamah sama Bunda kamu. Kasian Saga, udah kebelet nikah, tapi dianggurin," imbuh Kaisar-papah Ares- memamerkan kemesraannya dengan Ava. Ares meringis geli membayangkan dia dan Saga yang ada di posisi itu.
Tiba tiba, ada lengan kokoh merangkul pinggangnya dan embusan napas menerpa pipi kiri.
"Gak usah dibayangin, sayang. Kita bisa langsung praktek, aja. Kayak gini contohnya." Saga memiringkan kepala Ares, secepat kilat dia langsung mengecup hidung Ares yang disoraki heboh oleh orang rumah. Para pelayan yang sedang bekerja pun, satu per satu memunculkan diri di tempat tersembunyi demi melihat tingkah para majikannya.
"Ayah, kita udah gak punya anak lagi, Bunda jadi kesepian di rumah," goda Ikia-bunda Saga- menggelendotkan tangan di lengan kokoh Erwin.
"Enggak usah kode, sayang. Siang ini juga, Ayah jabanin. Rapat penting klien juga lewat kalau udah nyangkut keinginan kamu," balas Erwin menghadiahi ciuman bertubi tubi di wajah Ikia.
"Kalian apaan sih, mau pamer? Sorry anti iri club," cetus Ares mencomot roti bakar yang lain karena ia masih lapar.
"Sayang, ambilnya dua sekalian, aku juga mau." Saga berbisik lirih.
"Saga! Lama lama gua bunuh loe juga ya. Jangan panggil gua sayang! Demi kuda poni terbang, gua geli banget."
Tidak memedulikan kewajiban istri yang harus patuh pada suami, Ares melempar asal roti itu di piring Saga.
"Terima kasih, Ares," balas Saga menuruti keinginan Ares. Bingung karena suara Saga berubah pelan, Ares menoleh, Saga dengan lahapnya memakan roti pemberiannya.
Kenapa hatinya mendadak sakit, ya? Perih, tapi tidak berdarah.
orang tuanya dan orang tua Saga, sama sama menghela napas gusar lantas kembali fokus pada sarapannya.
Sadar kalau perannya tidak penting, Ares bangun berniat meninggalkan forum.
"Mau ke mana?" Saga menahan tangan Ares.
"Kuliah," jawab Ares ketus.
Terdengar helaan napas panjang dari laki laki berstatus suaminya sebelum menarik senyum dan berdiri menjulang di depannya.
"Aku siap siap dulu, aku juga sekalian mau ke kantor."
"Loh Saga, katanya kamu mau ajak Ares ke pantai. Kenapa malah kerja?" Kaisar mengintrupsi langkah mereka.
Ares dibuat linglung mendengar pernyataan papahnya. Mendongak ingin melihat raut wajah Saga, laki laki itu menggeleng pelan sebagai jawaban dari pertanyaan papahnya.
"Lain kali aja, Pah. Mungkin Ares punya tugas kuliah yang belum selesai, aku juga harus ada yang diurus." Kembali menarik tangan Ares lembut, mereka berjalan beriringan ke kamar dengan perasaan Ares yang sedikit tidak enak.
****
"Enggak mau turun? Udah sampe loh." Setia membungkam mulut, Ares memerhatikan lalu lalang mahasiswa. Perasaannya hanya sedang tidak enak setelah berlaku kasar pada Saga. Perlu digaris bawahi, mereka itu sudah seperti sahabat yang merangkap keluarga. Dari kecil, Ares sudah ketergantungan pada Saga, jadi saat ia bertingkah di luar batas seperti tadi, ada sepongah hati yang sakit.
Entah, Ares juga tidak mengerti.