Salahku yang terlalu mudah mencinta
Padamu, yang ternyata hadirkan luka
***
"Dia tiba-tiba pingsan" terang Jona, pada seorang pria paruh baya yang masih sibuk memeriksa mata hingga denyut nadi Alinka dengan hati-hati didalam sebuah ruangan eksklusif. Ia adalah dokter Rehan, dokter kepercayaan keluarga Sanjaya.
"Mungkin karena syhok"
"Aku akan menanganinya"
"Sebaiknya kau keluar" balas Dokter Rehan seraya memicingkan mata, mendesak Jona untuk memberinya ruang penuh untuk memeriksa pasien dihadapannya.
Hampir 30 menit berlalu, namun Alinka tidak juga sadar.
Mondar mandir Jona menunggu dengan gelisah, takut sesuatu yang buruk kembali terjadi pada keluarganya, adiknya.
"Jona kita harus bicara," ujar dr. Rehan yang baru saja keluar dan langsung menghampiri Jona lewat raut yang tidak biasa. Seolah menyembunyikan sesuatu.
"Tapi Alinka_"
"Pergilah,"
"Aku yang akan menjaganya" sergah Naina, mengetahui seluk beluk fikiran suaminya.
"Ayolah,"
"Akan kujelaskan semuanya diruanganku"
Meninggalkan ruang tunggu dengan enggan, Jona mengekori dokter Rehan menuju sebuah ruangan khusus bercat putih bersih dengan sebuah meja konsultasi pada sudut ruang lengkap dengan tumpukan kertas yang menjulang hinggan kelangit-langit atap.
"Alinka,"
"Dia HA-MIL" samar Dokter Rehan bahkan sebelum Jona benar-benar memperbaiki posisi duduknya apalagi siap untuk mendengarkan penjelasan yang terdengar sangat tidak masuk akal itu.
"Apa,"
"Dokter bilang apa?" enggan percaya akan apa yang baru saja indranya terima. Jona kembali mempertanyakan apa yang baru saja ia dengar, lewat cengir sinis sulit untuk percaya.
"Alinka, HAMIL" tegas dokter Rehan,
"Hamil_" Jona kembali mengeja kata yang baru saja ia dengar, masih begitu sulit baginya untuk mengerti.
"Tidak mungkin"
"Pasti ada yang salah" tegas Jona
"Kulakukan tes sebanyak tiga kali dan hasilnya tetap sama,"
"POSITIF"