Jangan lupa tinggalin jejak yah. Biar authornya gak nyesek sendirian♥
***
"Minumanmu sayang," ujar Alinka sambil meletakkan gelas tepat dihadapan Shem yang tengah sibuk melukis sesuatu,
"Hemm, apa Shem kecil mengabaikan mama?"
"Tunggu sebentar mah,"
"Sedikit lagi"
Menyaksikan Shem yang begitu sibuk tidak mau diganggu. Alinka tidak lagi berniat menggoda dan hanya menunggu putranya dengan sabar.
"Nah sekarang siap," Shem berbinar, seraya menyerahkan sebuah buku gambar dengan berbagai tubrukan garis dan warna pada permukaannya.
"Ini apa sayang?"
"Ke-luarga" balas Shem berbinar
Mulut Alinka seketika terkatub dalam-dalam. Untuk sesaat, perasaannya semakin tidak karuan. Menyaksikan apa yang telah Shem gambar dengan hati-hati.
Tampak tiga orang yang saling bergandengan tangan, mereka adalah, Alinka, Shem dan_
Goret kasar yang berhasil Shem bubuhkan benar-benar mengulik luka yang telah Alinka tutup dengan rapat.
Ia merasa ketakutan dan juga dipenuhi rasa bersalah. Entah untuk ayah, untuk putra kecilnya, atau mungkin untuk_
"Kenapa mah?" Tanya Shem, menyaksikan Alinka yang terus bungkam.
"Tidak sayang,"
"Mama hanya sedikit bingung. Bagaimana pria kecil dihadapan mama, bisa begitu berbakat?" goda Alinka, berusaha menepis jauh-jauh perasaannya sendiri.
"Siapa dulu dong,"
"Anak mama"