Daun jatuh bertaburan ditaman
Pelakunya jelas, angin tak bertanggung jawab!
Tapi pernahkah daun membenci angin?
***
Beralih dari ponsel miliknya, Sean mendapati sesosok bocah kecil seorang diri menarik-narik celananya berusaha mencari perhatian.
“Kenapa?” tanya Sean enggan
“Bisakah paman membantuku disana” ujar pria kecil, sambil menunjukkan sebuah pesawat mainan yang terperangkap pada dahan yang tinggi.
“Apa?” tambah Sean angkuh
“Bantu aku mengambilnya” terang pria kecil dihadapannya,
Rasa enggan dan angkuh seorang Sean, perlahan memudar. Mendapati seorang pria kecil seorang diri, entah dimana keluarganya.
“Kemarilah” ujar Sean seraya berjalan menuju pohon yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri,
“Itu?” Tanya Sean menunjuk pada sebuah pesawat mainan
Pria kecil itupun membalasnya lewat anggukan samar bersama mata keemasannya yang berbinar.
Sean dengan tinggi 190 cm sama sekali tidak merasa kesulitan menggapai dahan yang tinggi.
Secepat angin berhembus, pesawat mainan telah berada ditangan dan iapun menyerahkannya pada pria kecil disampingnya.
Mendapatkan mainannya kembali, pria kecil dengan langkah-langkahnya yang pendek pun segera berlalu.
“Hei bocah,”
“Kau harusnya berterimakasih” sergah Sean, menghentikan langkah pria kecil dihadapannya.
“Terimakasih paman” ujar pria kecil lirih dan kembali berlalu,
Menyaksikan kepolosan pria kecil yang memunggunginya, tanpa sadar Sean menarik otot-otot wajah, hingga lesung pipitnya terbingkai dengan jelas.
“Tidak jangan tersenyum” Alinka membatin menyaksikan momen itu dari kejauhan.
Bergantian Alinka memperhatikan Sean dan putranya bercengkrama.
Untuk saat-saat yang mengerikan itu, Alinka terdiam kaku. Mengira dirinya akan hilang kendali dan menarik putranya pergi dari pria berbahaya itu.