Mencinta meski tak balik dicinta
Selalu memberi tanpa sekalipun menerima
Kepadamu, yang entah menganggapku apa
***
Beberapa jam menerobos undakan jalan yang panjang, Alinka dan Arka akhirnya sampai pada sebuah resort yang letaknya hampir-hampir menyatu bersama pantai.
Dengan gaya modern khas timur tengah, Kubah-kubah yang menjulang, berdiri memukau sebab pilar yang kokoh, ditambah dengan kolam renang tiga susun lengkap dengan air mancur ditengah-tengahnya berhasil memanjakan tiap pasang mata yang ikut memadati resort.
Malam ini adalah acara peresmian resort yang dibangun atas nama Winata Constraction.
Meski mengaitkan musuh bebuyutannya, mereka kini telah menjadi koalisi atau bahkan sekutu untuk pembangunan proyek berikutnya.
Sehingga mengharuskan Alinka untuk menampakkan wajahnya setidaknya sekali sebagai bentuk dimulainya kerja sama yang baik.
Bersiap memasuki resort, Arka mengernyit menyaksikan Alinka yang berdiri kokoh disampingnya.
Berbalut gaun sutra berwarna navy yang bertabur bunga rose berwarna merah darah mencapai lantai. Rambut yang disingkap, tergerai lembut dengan gelombang kecoklatan dibahunya menampilkan sisi feminim dari sosok Alinka yang biasanya terkesan bar-bar dan tidak tau dandan “Kau tampak seperti wanita sekarang”
“Jadi selama ini kau menganggapku pria?” balas Alinka acuh, seraya memperbaiki tepi gaun milinya.
“Hem, entahlah” cengir Arka membuatnya tampak bodoh
“Dasar konyol” pekik Alinka seraya menggandeng lengan Arka dengan lugas, lalu bersama-sama memijaki tangga marmer berkarpet merah dengan rombongan paparazzi pada tepinya.
Baru beberapa langkah berlalu, sebuah mobil hitam sport ikut hadir ditengah pesta. Menampilkan sosok Sean, yang keluar dari mobil, namun tidak sendiri.
Dari sisi mobil yang lain, melenggak seorang wanita dengan rambut hitam tertata, lewat sanggul anggun yang menampilkan sudut-sudut bahunya yang mengkilat-kilat diterpa sorot lampu.
Dress berwarna hitam ketat, pun membalut tubuh rampingnya yang berhasil mempertegas tiap lekuk tubuhnya.
Berjalan dengan anggun, Jessi menghampiri Sean dan merangkul tangan pria itu dengan hati-hati.
Sean segera menoleh, memergoki Alinka yang terus menatapnya dalam.
Beberapa detik mereka melakukan kontak mata dengan intens, hingga akhirnya Alinka memilih untuk berpaling dan hanya beranjak pergi bersama Arka yang berada disampingnya.
“Dia_” samar Arka mengetahui sosok yang Alinka sorot sebelumnya adalah Sean.
Menyaksikan Alinka yang kian teralih bersama tangan yang bergetar samar, dengan lembut Arka melepaskan gandengan tangan Alinka dan menggantinya dengan genggaman hangat yang menguatkan.
Kembali menyaksikan Alinka, membuat pertahanan Sean kian ciut.
Ingin rasanya melayangkan ego dan hanya segera berlari memeluk wanita itu dan menumpahkan setiap sendu, setiap kerinduan, yang tersimpan selama 7 tahun terakhir.
Namun itu tidak terjadi, Sean segera menepis jauh-jauh fikirannya sendiri mengingat sisi kelam dari sosok wanita yang telah menipunya itu.
“Jangan pernah mengharapkan apapun dariku,” gumam Sean, saat mereka kini bukan lagi menjadi pusat perhatian.
“Kau_”
“Masih saja” balas Jessi muram, mengingat setiap pengorbanan dan usaha yang telah ia lancarkan demi memenangkan hati Sean dan hasilnya masih tetap sama.
“Ya,”
“Dan selamanya akan tetap begitu” tegas Sean
“Tidakkah kau sadar?”
“Wanita itu meninggalkanmu”
“Mencampakanmu” ujar Jessi profokatif,
“Bukan urusanmu” balas Sean datar, tanpa teralih sedikitpun.
Dada Jessi seketika rusuh, berkobar meletup-letup kasar, namun meski kesal, Jessi wanita modis dan professional.
Tidak ia biarkan secarik raut kesal lolos dari rautnya yang berusaha tetap tenang. Lalu dengan anggun, meninggalkan Sean seorang diri.
Jessi menatap bayangan dirinya sendiri pada cermin toilet, lalu tersenyum getir memikirkan setiap perlakuan Sean terhadapnya.
Lama terpaut, sebuah bayangan ikut hadir disampingnya. Perawakannya modis berbalut gaun mewah dengan rambut kecoklatan yang menawan menampilkan sudut-sudut wajahnya yang tegas.
“Alinka_” sapa Jessi, lewat nada yang mengaung lembut tepat pada sudut indra wanita yang kini tepat disampingnya.
“Yah” balas Alinka datar,
“Kau masih berhubungan dengan Sean?” tanya sesosok wanita berambut pirang tertata, lengkap dengan balutan mewah yang melekat pada tiap lekuknya.
“Tidak” balas Alinka santai, tanpa terbebani apapun
“Sean masih menyukaimu” tegas Jessi,
Mata Alinka terbebelek sepanjang perkataan Jessi, lalu berujar ringan berusaha menahan emosi “Itu bukan urusanku”
“Kalau begitu,”