Sekali lagi, Sean berniat untuk menemui Shem. Membingkai wajah polos nan ceria pria kecil itu dalam sudut hatinya hingga ia cukup tabah untuk meninggalkan darah dagingnya sendiri.
Membiarkan orang lain menggantikan posisinya, membiarkan Alinka dan Shem bahagia meski itu tanpanya.
"Permisi," ujar Sean menghalangi langkah seorang wanita paruh baya yang akan menutup gerbang sekolah
"Yah, ada yang bisa saya bantu?"
"Shem dia_" samar Sean
"Oh Shem,"
"Hari ini dia pulang lebih awal"
"Kenapa?"
"Apa dia sakit" tanya Sean memburu, takut jika sesuatu yang salah terjadi pada putra kecilnya
"Bukan begitu,"
"Seorang pria datang menjemput Shem untuk merayakan ulang tahunnya" terang wanita paruh baya sebelumnya
"Kalau tidak salah namanya Arka" tambah wanita itu lagi
"Ulang tahun,"
"Hari ini Shem berulang tahun"
"Dan aku bahkan tidak tau" batin Sean menerawang jauh, menyesal akan situasinya.
Tentu saja ia tidak mengetahui hal sesederhana itu, mengetahui bahwa ia memiliki seorang anak bahkan baru belakangan terjadi dan ia hanya mengetahui sebatas itu, tidak lebih.
Shem bersamaku,
Temui aku dicafe biasa
Mata Alinka seketika terbelelek, menyaksikan pesan masuk dari Arka
"Bagaimana Arka bisa mengetahui tentang Shem?"
"Bagaimana mereka bisa bersama sekarang?"