Memaafkan,
Adalah cara terbaik
Untuk bisa berdamai dengan masa lalu
***
"Kita pulang sekarang?" bujuk Jona, mendapati Alinka yang masih enggan berlalu untuk meninggalkan Arka
Alinka enggan berkutik dari tempatnya dan dengan berat hati ia pun berusaha merangkai kata-kata perpisahan terakhirnya.
Melihat hal itu, Jona tidak ingin memaksa dan hanya memberikan sedikit tambahan waktu pada adiknya.
Diantara gundukan tanah makam, Alinka kembali berbisik lirih, bersama bulir-bulir air mata yang tumpah berusaha mengiklaskan semua yang terjadi
"Arka_"
"Terimakasih untuk semua yang telah kau lakukan untukku"
"Kau selalu menjadi pria yang paling berharga bagiku"
"Pria yang sangat aku sayangi lebih dari apapun"
"Kuharap, sekarang kau bahagia disana"
"Bersama wanita yang paling kau rindukan, wanita yang sangat kau cintai" lirih Alinka,
"Kau_"
"Terimakasih telah menjaga Alinka selama ini" batin Sean, ikut melantunkan kata yang tidak pernah sempat ia katakan pada Arka saat ia masih hidup.
"Kita pulang sekarang?" pinta Jona lagi,
Alinkapun hanya mengangguk pelan, lalu dengan bersusah payah beranjak dari tempatnya berada.
Meninggalkan pria yang telah berkorban banyak untuknya, pria yang selalu ada untuknya meski kadang ia abaikan.
"Bisa kita bicara sebentar?" ujar Sean, menghalangi langkah Alinka yang bersiap pergi bersama Jona dan Naina disampingnya
"Untuk apa?" pekik Jona, jelas tidak suka
"Kau pulang duluan saja kak"
"Lagi pula,"
"Aku juga harus mengatakan sesuatu pada Sean" terang Alinka, meredam taring Jona.
"Tapi_" kata Jona segera tertahan, berkat Naina yang kini mencengkram lengannya kuat. Mengisyaratkan agar Jona bisa sedikit mengerti dan memberi mereka kesempatan untuk berbicara.
Tidak punya pilihan, Jona hanya bisa mendengus kesal dan hanya berlalu pergi dengan abai.
"Aku_"
"Aku_" ujar Alinka dan Sean yang hampir-hampir bersamaan
"Penerbanganku hari ini" tambah Sean, memulai obrolan. Alih-alih Alinka yang seketika terbelelek tidak percaya dibalik kursi kayu panjang dibawah knopi pohon yang rindang tepat disamping Sean.
"Bagaimana kau bisa_"
"Setelah semua yang terjadi?" batin Alinka dalam. Masih memilih bungkam dan hanya berniat mendengar setiap terang yang akan Sean lontarkan padanya.
"Sebelumnya,"
"Aku hanya akan segera menghilang dari duniamu" samar Sean
"Sampai semuanya semakin diluar kendali"
"Ditambah ingatan muram 7 tahun"
"Hari dimana ayahmu meninggal,"
"Aku ada disana" terang Sean bersiap membuka lembaran kusam, ingatan masa lalu yang sebelumnya tertimbun, hingga ia sendiri hampir melupakannya.
"Hari itu_"
"Hey bangun"
"Tipuan apa lagi kali ini?