Oji sangat senang akhirnya bisa menyusul teman-temannya menjadi anak SMA. Siapa sih yang tidak senang dan bersemangat di hari pertama menjadi anak SMA? Seragam putih abu-abu adalah seragam sekolah yang terkeren dan tidak terkalahkan oleh seragam apapun. Setelah meninggalkan seragam putih abu-abu, jangan berharap bisa senang-senang lagi seperti dulu. Oji tidak ingin telat hari ini, dia sangat berusaha menghilangkan hobi telatnya. Oji sudah telat empat hari untuk mengikuti masa orentasi siswa, tersisa dua hari lagi baginya. Ini adalah pertama kalinya dia mengikuti masa orentasi siwa. Waktu SMP dia melewati hari itu karena waktu itu dia juga lewat jendela.
Oji pusing ingin menghiasi seragam putih abu-abunya dengan menggunakan apa, dia sama sekali tidak tahu. Dia berdiri dari ranjangnya dan mulai memakai seragam putih abu-abunya sambil sedikit melamun. Sempat dirinya berpikir untuk tidak mengikuti masa orentasi siswa, tapi dia tidak mau menjadi orang asing di hari pertama sekolah. Karena galau tentang masa orientasi siswa, ternyata sekarang sudah jam tujuh. Perjalanan mungkin memakan waktu 20 menit, ya ya ya sepertinya hari ini Oji terlambat lagi. Dengan gerakan cepat Oji merapikan seragam sekolahnya serta memakai sepatu barunya. Ada satu hal lagi yang membuat Oji kurang semangat, saat SMP dia pernah berkhayal kalau sudah menjadi anak SMA, dia ingin pergi ke sekolah dengan mengendarai motor. Kenyataannya sekarang dia belum tahu mengendarai motor, hari ini dia masih diantar sama mamanya. Sangat memalukan baginya. Diperjalanan menuju sekolah, Oji mendengar siraman rohani dari mama. Siraman rohani yang telah berulang-ulang disampaikan yaitu berjudul: Jangan terlambat itu tidak baik.
Akhirnya Oji sampai juga di sekolah barunya, SMA 1994. Oji melangkahkan kakinya yang memakai sepatu baru memasuki pagar sekolah dengan penuh semangat. Oji dapat mencium bau cet pagar sekolah masih berbau. Dari luar dia sudah bisa melihat beberapa pohon yang berada di sekolah ini.
Belum jauh langkahnya meninggalkan pagar sekolah, Oji berputar kembali ke pos satpam yang berada di samping pagar. Di sana ada bapak-bapak lagi membaca koran. Oji membaca dengan sekilas logo di atas saku bapak tersebut, bertuliskan “Kepala Sekolah”. Nyali Oji langsung ciut berhadapan dengan kepala sekolah di hari pertama.
“Tahu apa kesalahanmu?”
“Terlambat pak.”
“Apa lagi?”
Oji tidak tahu kesalahan apalagi yang dia buat, Oji hanya menggelengkan kepala.
“Bajumu.” Dengan tatapan marah ke Oji.
Oji melihat bajunya, “Baju saya kenapa pak?” baju Oji sama sekali tidak keluar dari celana.
“Eh kamu sini-sini.” Kepala sekolah itu memanggil seseorang perempuan yang juga terlambat.
Cewek itu kelihatan agak tomboy tapi Oji mengakuinya dia cukup manis. Bajunya sudah dipenuhi dengan tempel-tempelan tidak jelas, karena disuruh senior.
“Coba bandingkan bajumu sama baju orang di sampingmu.”
“Oh maaf pak, saya baru pertama kali masuk. Belum sempat nempel-nempel baju.” Oji.
“Bukan itu yang saya maksud!” Kepala sekolah tambah marah.
Oji menoleh lagi ke perempuan itu lalu menjawab dengan santainya “Dia menggunakan baju cewek, saya baju cowok pak.”
“Kamu idiot atau apa?” Bapak kepala sekolah ini kayaknya sudah capek mendengar jawaban Oji yang selalu salah dan akhirnya menyuruh Oji pergi. Begitu pun dengan cewek tomboy itu.