OJI & TEMAN-TEMAN

Ochie
Chapter #6

BOLA BASKET

Devi sangat berguna di saat ada tugas seni yaitu menggambar design baju lalu mengguntingnya. Devi selalu dimanfaatkan dalam hal itu. Tinggal memberinya kertas, penggaris, penghapus, gunting, dan pensil lalu mereka bisa pergi dan tinggal menunggu tugas selesai. Tapi Devi tidak menerima semua tugas orang. Oji adalah satu orang yang paling sering dikerjakan Devi. Saat menunggu tugasnya selesai dikerjakan Devi, Oji berpikir untuk melakukan sesuatu yang berguna. Sebenarnya tidak berguna, hanya berguna bagi dirinya dan Balfas.

    “Balfas, ganggu Nemo yuk!” Nemo adalah Wilda, perempuan yang menangis saat memperkenalkan dirinya. Nemo adalah singkatan dari nenek moyang. Balfas yang memberi nama panggilan itu ke Wilda karena wajahnya sudah keliatan tua dan keriput.

   Mereka mendatangi bangku Nemo, Balfas duduk di sebelah kanannya dan Oji sebelah kiri. Nemo lagi serius mengerjakan tugas seninya.

    “Ingat umur nek kalau mau sekolah.” Balfas mulai membully.

    “Ngakunya 15 tahun kok tua banget ya mukanya.” Oji jago dalam hal cela mencela.

     Tuuuk... sebuah penggaris besi mendarat di muka Oji dan Balfas. Mereka langsung kabur dari bangku Nemo. Oji tahu, yang dia lakukan dengan Balfas itu hal yang salah tapi Oji berbuat seperti itu hanya berniat untuk menghibur. Setiap mereka melakukannya, sekelas pasti tertawa terbahak-bahak.

    “Minggu depan kita mengadakan banyak lomba untuk menyambut hari kemerdekaan Indonesia.” Guru seni menginfokan sambil memberi formulir lomba kepada ketua kelas, Alam.

    Guru seni langsung keluar dari kelas setelah memberi formulir lomba. Berarti jam pelajaran kosong, mereka bebas berkeliaran di luar. Mereka kali ini lebih memilih tidak berkeliaran di luar kelas. Semua tertarik melihat formulir yang diberikan guru seni tadi. Mereka sangat asik melihat daftar lomba yang diadakan. Sekarang sudah waktunya  membuktikan bahwa kelas ini jago basket. Seingat Oji waktu perkenalan, hobi mereka rata-rata main basket. Farid, Mail, Fitrah, Amar, Alam yang akan bertempur dalam lomba basket. Oji, Balfas dan Yaya akan bertempur di lomba tarik tambang. Lomba basket tidak hanya ditujukan untuk siswa cowok tapi cewek juga. Jadi kelas X-3 meluncurkan Sinta si rambut dora dan Reni si kungfu panda dan sisanya orang yang tidak berbakat bermain basket yaitu Devi, Wilda dan kawan-kawan.

    Mereka sudah mengisi formulir, waktunya berkeliaran. Kali ini mereka tidak berkeliaran jauh, mereka hanya mengikuti Alam si ketua kelas yang mengintip ke kelas sebelah. Sepertinya Alam ingin berbuat sesuatu.

    “Pak Tabil.” Alam menggerakkan mulutnya tanpa bersuara.

    Oji dan kawan-kawan hanya membaca gerakan mulut Alam. Dia menyebut nama pak Tabil. Pak tabil adalah seorang guru agama. Ciri khas guru ini serba miring, dari dasi, peci, dan diikuti kepalanya yang miring saat mengajar. Guru ini kelihatan sangat lucu di mata murid-muridnya. Bukan hanya itu, kalau pak Tabil lagi menerangkan, para siswa siswi tidak tahu dia berbicara apa. Yang mereka tangkap saat dia menjelaskan hanya “Jadi anak anak...”. Kalimat selanjutnya seperti suara kumur-kumur yang tidak jelas.

    Alam mengajak mereka mengganggu pak Tabil yang sedang mengajar di kelas X-2. Cara Alam mengganggu pak Tabil saat mengajar pasti selalu sama, dengan mengetuk pintu terus dia langsung kabur masuk ke dalam kelas dan pura-pura tidur dan menyuruh temannya tutup mulut. Balfas dan kawan-kawan sudah bosan dengan cara Alam. Balfas punya cara lain, yaitu menunjuk pelakunya. Jadi sekarang bukan giliran pak Tabil yang dikerjai. Melainkan si Alam, ketua kelas yang sebenarnya tidak pantas menjadi ketua kelas.

    Tok tok tok... Alam sudah memulai aksinya, mengetuk pintu lalu berlari. Pak Tabil keluar dari kelas sebelah dengan gaya miringnya dan bertanya kepada mereka siapa yang melakukannya. Alam tertawa dengan puas dalam kelas yang tidak tahu rencana teman-temannya.

    “ALAM PAK! KETUA KELAS KAMI YANG SERING MELAKUKANNYA.” Mereka dengan kompak menunjuk Alam yang berada dalam kelas.

    Pak Tabil pun berjalan ke pintu kelas X-3 dan menatap Alam dengan kepala miringnya. Alam yang tadinya tertawa, sekarang kulit putihnya berubah bewarna merah sambil mengeluarkan keringat. Untung pak Tabil adalah guru yang baik, dia hanya menceramahi Alam agar tidak melakukannya lagi dan disertai ketukan pulpen di kepalanya.

 

***

 

“BENDERA SIAAAAAP!” upacara bendera 17 Agustus telah dimulai. Semua anak sekolah pasti tahu, ini adalah upacara bendera yang sangat lama dan matahari siap memanggang para murid sebelum lomba tujuh belas Agustusan dimulai. Mereka menghormat kepada bendera merah putih yang diiringi lagu Indonesia Raya. Mereka hormat lebih bagus daripada upacara-upacara yang lain dan paduan suara mengeluarkan suara terbaiknya. Amar sampai memakai kedua tangannya untuk hormat kepada sang bendera merah putih, itu mungkin sebagai pengganti tangan Balfas yang tidak menghormati bendera. Amar juga ikut bernyanyi di barisan, yang seharusnya itu tugas paduan suara. Pengiring bendera tetap saja melakukan hal yang sama, lagu Indonesia Raya sudah habis tapi benderanya masih berada di tengah tiang. Kalau sudah begitu, mereka langsung menarik tali bendera seperti menurunkan layangan dan seperti biasanya para peserta upacara pasti tersenyum kalau melihat itu.

    Upacara telah selesai, Semua telah siap memamerkan baju persatuan kelasnya yang memang khusus dibuat untuk menyambut hari ini. Baju persatuan X-3 berwarna abu-abu dengan sablon taz mania dengan gaya kedua tangannya dilipat di dada. Menggunakan kalung sumpritan sebagai simbol perlombaan olahraga. Memakai topi hitam yang bertuliskan streecom. Sablon belakangnya ada sebuah graffiti yang sangat norak. Warna pink, bertuliskan streecom. Streecom singkatan dari sepuluh three community. Wajarlah baju persatuan mereka norak, yang punya ide itu Amar. Sama norak dengan yang punya ide.

    Waktu perlombaan antar kelas dimulai. Lomba pertama adalah tarik tambang. Berarti giliran Oji, Balfas, Yaya untuk bertempur. Aturan yang digunakan kalah langsung gugur. Mereka sudah siap, lawan mereka belum muncul. Mereka bertiga hanya ngobrol bodoh sambil menunggu lawannya datang. Setelah tiga menit, lawan mereka akhirnya di diskualifikasi karena tidak muncul. Tuhan memberkati X-3. Kali ini lawan selanjutnya, mereka sudah siap memegang tali dan Oji, Balfas, Yaya juga sudah siap. Oji tidak berniat melawan mereka, badan dari lawan seperti atlit. Sedangkan pihak Oji seperti tulang belulang, apalagi Yaya. Oji masih percaya dengan keajaiaban. Oji, Balfas, dan Yaya mengambil posisi, Oji paling depan disusul Balfas dan Yaya.

   Wasit membunyikan pluitnya. Oji belum sempat menarik tali, tiba-tiba Oji langsung tertarik seperti terbang ke udara. Oji melayang dan terjatuh mencium lapangan sekolah. Semua yang menonton tertawa.

    “Sakit ya anjing?” Balfas.

Lihat selengkapnya