Hujan turun dengan deras hari ini. Oji seperti biasa berlarian menembus hujan membawa sebungkus makanan di tangannya. Makanan itu dia dapatkan dari sisa makanan di tong sampah restoran kecil. Badan Oji kecil dan kurus. Umur oji ? tidak ada yang tahu bahkan Oji sendiri pun tidak tahu. Ibu oji tidak pernah menyebut angka, oji juga tidak bisa menghitung ataupun membaca.
“Oh oh oh. Oji bisa hitung kok, 1 tambah 1 sama dengan 1,” Ucap oji dengan senyum lebar, yang polos.
Hujan semakin ganas. Saking ganasnya, Oji melihat sekumpulan sampah, debu, pasir yang berputar dalam satu pusaran seperti monster siap melahapnya.
“Lari!!!! Monster penghisap datang. Hahahhaha,” teriak Oji dengan bahagia sambil berlari menjauhin pusaran.
“Ah… tidak! aku di serang, agh…. Agh…,” Saat salah satu matanya terkena debu. Dia menyentuh salah satu matanya dan bertingkah berlebihan.
Oji tidak membenci hujan dia justru munyukainya, sebab hujan suka bermain padanya. Hujan baik suka membersihkan tubuh Oji yang kotor. Oji jadi tidak perlu ke sungai yang lumayan jauh. Disana ada anak-anak kompleks sebelah yang suka melemparinya batu.
“ Oji ngak marah kok, soalnya mereka kan cuma main-main sama Oji. Yah walaupun sakit sih kalau kena. Terus ibu bakal sedih kalau ibu sedih entar Oji juga sedih, terus kalau oji sedih entar Oji lapar kalau Oji lapar entar Oji musti cari makan, kan susah cari makan sekarang. Mereka yang lain mudah cari makan tapi ngak mau makan aneh kan?, Oji juga heran ckckckck, ngak baik. jadi tunggu mereka ngak ada di sungai Oji baru kesana, pintar kan Oji?, kata ibu Oji anak yang pintar,” Dia kembali tersenyum bahagia.