Pagi telah tiba. Langit bewarna biru cerah, awan seperti permen kapas putih yang enak. Walaupun Oji belum pernah mencobanya. Tapi Oji tahu bahwa rasanya manis dan enak. Karena setiap kali anak-anak lain, memakannya mereka akan berkata.“Ibu rasanya enak, manis sekali.”
Seperti rasa permen kapas yang tidak pernah Oji coba. Seperti itu juga Oji tahu paman hitam menyukainya. Oji pun begitu, amat menyukai paman hitam bertubuh tinggi, hitam, kurus, serta selalu membawa payung. Walaupun paman hitam tidak memiliki wajah tapi dari postur tubuh, gaya berpakaian dan rambutnya, paman itu kelihatan muda. Oji tidak tahu berapa lama paman hitam berada disana.
“Kata ibu, sejak ibu kecil paman hitam sudah ada disana.”
Bisa di katakan, paman hitam mungkin setua kakek Oji yang tidak pernah di kenalnya. Tapi Oji tidak ingin memanggilnya kakek. Karena rasanya tidak baik memanggil dia seperti itu, padahal parasnya begitu muda. Oji juga tidak ingin memanggilnya kakak, karena sebutan kakak, terdengar tidak sopan untuk usianya. Akhirnya Oji memutuskan memanggilnya paman, untuk menghormatinya.
Tidak hanya Oji yang menyukai paman hitam. Orang-orang di kota juga menyukainya. Karena itu sebelum semakin siang Oji harus pergi dari taman. Orang-orang akan berkumpul di taman menikmati pemandangan bersama teman, kekasih dan keluarga mereka. Mereka tidak suka Oji, karena begitu kotor dan bau. Oji akan merusak semua kebahagia mereka.
Pernah suatu ketika Oji duduk di taman. Semua orang menutup hidung mereka. Beberapa mengejek dan menertawakan Oji. Ada pula yang melempari Oji dengan bungkus makanan dan minuman kotor.
“Tapi Oji tidak benci mereka. Oji paham mereka tidak suka Oji, karena mereka tidak mengenal Oji. Kata ibu, kita tidak boleh memaksa seseorang menyukai kita. Oji tidak ingin mereka tidak bahagia. Oji lebih baik pergi sebelum mereka tiba. pintar kan Oji? hehehehe” Ucapnya Oji kecil dengan senyum manis khasnya.
Setiap Oji sedih, Oji akan menemui paman hitam, sebelum orang-orang tiba. Saat taman sepi Oji akan duduk dan bercerita banyak hal pada paman hitam. Paman hitam sangat bijaksana dia pendiam tapi bisa membuat Oji menjadi tenang.
Oji juga suka bersembunyi di balik bangku taman, terkadang di belakang badan tinggi paman hitam. Orang-orang tidak menyadari keberadaan Oji yang kecil. Oji selalu pergi ke sungai dan membersihkan tubuh dulu, agar mereka tidak terganggu dengan bau tubuhnya.
Pernah ada yang berkata “Lihat patung itu begitu sempurna tapi dia tidak punya wajah, tapi dia seribu kali lebih baik daripada kamu yang selalu mengunakan wajah palsu,dan bibir manis yang selalu menipu,” Ucap seorang wanita yang sedang bertengkar kepada kekasihnya.
“Hiks… anjing kesayangan ku hilang aku sudah mencarinya kemana-mana tapi tidak ada” cerita seorang gadis kecil di tengah hujan. Paman hitam begitu baik memanyungi dirinya.
Ada pula sepasang kekasih yang mengajari Oji berhitung
“Kamu tau sayang 1 + 1 hasilnya berapa sayang “ ucap seorang pria
“Tentu saja 2 sayang.” Ucap gadis itu dengan senyum penuh bahagia.
“NO….NO… kamu salah sayang, 1…aku, 1… kamu sama dengan 1 hati,” gombal pria itu.
Pipi gadis itu bersemu merah. Seperti buah ceri merah mirip pohon buah ceri milik paman bertubuh buncit. Mereka berdua bermesraan dan berpelukan. Sejak itu Oji bisa menghitung.
“Satu tambah satu sama dengan 1. Wah….. Oji bisa menghitung. Horeee!” ucap Oji dengan bahagia.