Ojo Dolan : lawan Covid-19

Muhammad Ridho
Chapter #3

Batu, Gunting, Kertas

Hembusan angin menunjukkan eksistensinya, membuat helai rambut wanita pertiwi di hati gue itu melayang-layang dengan indah. Dia berjalan berlenggak lenggok dan berputar layaknya di film India, yang paling di sukai ibu-ibu ketika waktu sore hari telah tiba.

JDUGGH!!

"Aduh," kata gue ketika melihat wanita kesayangan itu menabrak tiang bendera.

Beberapa teman yang di dekatnya langsung membantu wanita itu untuk berdiri. Benjol? Ya enggak lah. Wanita yang jadi pertiwi di hati gue itu seterong, eh strong banget loh, gak kaya itu tu yang jadi anggota DPR. Nabrak tiang aja langsung masuk rumah sakit, kasihan ya, tiang listriknya.

Kalian berharap gitu untuk gue menghampiri dan menolong dia?

Sayangnya, itu gue tidak berani melakukan apa yang kalian pikirkan, karena ada perbedaan batas kesenjangan di antar dia dan gue. Harta? Ya enggak lah. Wajah? Ya, ya ya itulah. Wajah dia itu secantik bidadari Nawangwulan, dan gue seperti rakyat jelata. Atas kesenjangan yang sangat jauh itu, gue hanya bisa memendam rasa ini menikmati keindahan wajahnya, terutama senyuman yang tersimpul ketika dia bahagia.

"Udah lah, kalau lu suka sama dia. Sana dekati dia," kata sahabat gue.

"Ta-tapi kan gue-." Belum sempat gue menyelesaikan omongan ini, Budi langsung memotongnya.

"Karena wajah?"

"Yes," jawab gue.

"Ya elah, Narji di kelompok Cagur aja yang wajahnya pas-pasan, bisa dapatkan istri yang cantik."

"Tapi kan dia artis dan kaya, sedangkan gue!"

"Yang penting yakin, biar lu tahu hasilnya gimana, mau hasilnya di tolak pun gak masalah."

"Nanti deh gue coba, dah yok ke kelas."

Benar kata Budi Setiawan itu, bukan Budi Setiawan yang di iklan aplikasi trading di PlayStore, yang terkenal akan kata-kata: Jutaan orang bahkan tidak menyadari, bahwa mereka bisa menghasilkan seribu dollar sehari, tanpa meninggalkan rumah, kalau beneran iya semua pasti udah kaya. Tapi ini Budi Setiawan sahabat gue yang sekarang berada tepat di samping gue.

Apa yang dia katakan itu benar, setidaknya rasa penasaran gue akan diterima atau tidaknya perasaan ini, jadi lebih jelas. Kalau di terima alhamdulillah, kalau tidak ya, ya pokoknya harus di terima, titik gak pakai koma apalagi tanya.

Setibanya di kelas, sudah banyak betina-betina, eh salah. Maksud gue siswi-siswi yang sudah mulai buka rapat ngerumpi mereka dengan tema corona.

"Ih tau gak tau gak, katanya di negara Cina sedang terserang wabah virus loh. Namanya virus corona," kata salah satu dari siswi dalam kelompok Lambe Turah itu.

"Iya bener banget, katanya itu virus menular dengan sangat cepat loh."

"Kaya cinta dong," sahut wanita berambut panjang, eh pendek, eh panjang. Ah bodoh, gak jelas rambutnya. Mau di bilang panjang, tapi ada yang pendek di sisi belakangnya.

"Aku mau dong kena virus cinta!" seru lebay siswi lainnya.

"Iya, apalagi kalau itu dari DO EXO," kata siswi kuncir kuda.

'Apapun gosipnya, pasti ujung-ujungnya ke oppa oppa K-POP,' gumam gue.

Gue paling gak suka dengan mereka yang hobi sekali dengan ngerumpi-ngerumpi begitu, ngomongin ini lah, itu lah.

"BTW, kabar Lisa BlackPink gimana cuy," kata gue yang nimbrung di tengah-tengah kumpulan rapat siswi-siswi itu.

...

Lihat selengkapnya