Oksigen

annisa rahman
Chapter #2

Chapter 1

Papa

Pulang sekolah kamu harus langsung pulang.

Enggak ada main atau mampir sana sini.

Papa sudah bilang ke Pak Joni untuk nggak turutin

kemauan kamu yang pasti mau mampir kesana sini.

Ini perintah, Calysta.

Calysta hanya bisa menghela napas setelah membaca pesan singkat dari Papanya tanpa ada niat ingin membalasnya. Mungkin terkesan tak sopan, tapi Calysta sudah muak akan semua yang diucapkan Papanya.

“Ca, kenapa?” tanya Alena yang menyadari lamunan sahabatnya itu.

Tak ada jawaban dari yang ditanya, Calysta bungkam.

“Papa lo ya?” Kini giliran Kinar yang bertanya. Kedua sabatnya itu memang sangat mengetahui kehidupannya, jadi tak heran jika mereka mengetahui apa yang Calysta lamunkan ketika selesai membuka ponselnya yang akan selalu terisi dengan notifikasi dari Galih, Papanya yang isinya selalu sama.

Calysta kembali menghembuskan napasnya lalu mengangguk, “Seperti biasa.”

Alena dan Kinar menatap satu sama lain. Keduanya sangat tak tega dengan Calysta. Tapi mereka juga tak bisa berbuat banyak. Yang hanya bisa mereka lakukan hanyalah menghibur dan menemani Calysta agar tak merasa sendiri serta kesepian.

Kinar yang berada di samping kanan Calysta sedikit menggeser tubuhnya mendekati gadis itu, memberikan senyuman menenangkan dan mengelus pundak sahabatnya itu. “Om Galih ngelakuin ini pasti demi kebaikan lo. Lo anak satu-satunya dan lo perempuan, jadi gue yakin Om Galih ngelakuin ini demi melindungi lo.”

Alena mengangguk setuju, “Iya, Ca. Apa kata Kinar ada benernya.”

“Tapi kan nanti kita mau nemenin lo daftar Karnaval Seni,” kata Calysta kepada Kinar.

“Udah, ada gue yang bakal tetep temenin Kinar kok.”

Calysta menggelengkan kepalanya, “Tap-“

“Enggak, Ca. Lo langsung pulang. Gue nggak mau nanti Papa lo marah kayak kemarin ke lo. Gue nggak papa kok kalau cuma sama Alena.”

Pada akhirnya Calysta mengalah. Dia juga tak mau kalau kedua sahabatnya itu kena imbasnya. Dia tak mau jika nanti Papanya melarang dia untuk bersama mereka.

“Balik yuk ke kelas,” ajak Alena kepada dua gadis di hadapannya.

Sepanjang koridor mereka berbincang ringan dan sesekali Alena ataupun Kinar mengeluarkan leluconnya semata-mata untuk menghibur Calysta. Banyak pasang mata yang menatap dan memperhatikan interaksi mereka, diantara tatapan kagum dan memuja. Bagaimana tidak, ketiganya memiliki paras yang cantik di tambah dengan kesederhanaan yang tertanam dalam diri mereka. Tak hanya itu, mereka juga memiliki kemampuannya masing-masing. Calysta dengan otak jenius-nya. Kinar dengan kelihaiannya dalam bidang seni. Alena dengan suara merdunya.

Bukan hanya mereka saja yang bersahabat namun, Mama dan Bunda mereka juga bersahabat sejak SMP, dan mereka mengikuti jejak Mama dan Bundanya. Mereka bertiga juga telah menjalin hubungan persahabatan sejak SMP, maka tak heran jika mereka sangat dekat.

Lihat selengkapnya