Makassar, 2026.
Terik matahari di kota yang dikenal sebagai Kota Daeng, tidak mematahkan semangat Mahasiswa semester akhir ini. Ia menyusuri setiap sudut Rumah Sakit untuk mencari dimanakah dosen pembimbingnya.
"Huft, ini departemen kardiologi dimana sih? Kok gak ketemu-ketemu," ujar nya dengan nafas memburu. Ia kembali memperhatikan apple watch-nya, melihat share location yang telah dibagikan oleh dosen pembimbingnya.
"Kak Mita juga kenapa gak angkat telpon!"
Ia kembali berjalan untuk mencari departemen kardiologi, dengan perasaan yang mulai khawatir. Takut dosen pembimbingnya akan marah, karena dirinya harus nyasar dulu. Gadis ini mempercepat langkah kakinya, sambil mengikuti arahan lokasi.
Bruuk
"Mati gue, matiiii!" umpatnya dalam hati, ia langsung duduk memungut handphonenya yang terjatuh, dan kertas orang yang ditabraknya. Begitu mendonggakkan kepalanya, melihat siapa yang ia tabrak.
"Anjir, kakak koas," desisnya. Ia langsung tersenyum sambil memberikan kertas kepada kakak koas itu, dengan tangan yang cukup gemetar.
"Maaf dok, saya tadi buru-buru. Sekali lagi, mohon maaf dok," ucapanya dengan suara terdengar gemetar.
Siapa yang tidak takut? Sementara di kota ini, senioritas nya masih sangat terasa. Senioritas yang membuat para junior takut melakukan pergerakan lain yang bisa membuat masalah.