Olenka

Noura Publishing
Chapter #2

WAYNE DAN STEVEN

Karena saya sering memperhatikan ketiga anak jembel, terpaksa saya mengamat-amati dari jauh orang lain yang sebelumnya juga sering saya lihat, tetapi tidak pernah saya perhatikan. Orang ini jangkung dan agak botak. Baik tubuh maupun pakaiannya kotor. Dia selalu tampak merasa rendah diri. kurang berani berhadapan dengan siapa pun, dan tampak mencuri-curi kalau akan melihat sesuatu. Selamanya dia tidak pernah lepas dari seorang anak laki-laki berumur lebih kurang empat tahun. Sebelumnya saya juga tidak pernah memperhatikan anak ini.

Akhirnya, saya ingat bahwa saya sudah sering melihat mereka di mana-mana di sekitar Tulip Tree. Mereka sering di lapangan parkir dan sering juga di padang rumput luas. Padang inilah yang memisahkan Tulip Tree dengan gedung-gedung raksasa lain. Mereka juga sering berjalan-jalan di kebun tulip, lebih kurang seperempat mil dari Tulip Tree. Seperti halnya ketiga anak jembel, mereka juga suka menyendiri. Rupanya mereka lebih suka tempat-tempat sunyi dan merasa kurang pada tempatnya menghabiskan waktu di lapangan bermain.

Perhatian saya akhirnya terpusat pada anak ini. Kemudian saya mengetahui bahwa namanya Steven. Rupanya dia sudah terlatih untuk mengalah, tidak pernah menuntut, dan tidak pernah melibatkan diri kecuali dengan laki-laki tersebut. Akhirnya, saya juga mengetahui bahwa laki-laki ini bernama Wayne Danton.

Saya tertarik pada Steven karena akhirnya saya menyadari bahwa keseluruhan tubuh dan geraknya memendam persamaan dengan tubuh dan gerak Olenka. Di banding dengan ketiga anak jembel, kesamaan antara Steven dengan Olenka jauh lebih mengesankan. Dan yang memisahkan Steven dengan Olenka bukanlah perbedaan alamiah. Olenka mempunyai dunia sendiri karena dia mempunyai kebebasan untuk menentukan, sedangkan Steven tidak mempunyai pilihan kecuali mengalah. Dia takut terhadap apa pun dan siapa pun.

Pada suatu hari saya melihat mereka berjalan menuju kebun tulip. Untuk membuktikan bahwa Steven anak Olenka, saya membuntuti mereka. Meskipun sebelumnya saya sudah menyiapkan beberapa potong permen cokelat, saya pura-pura berjalan tanpa tujuan. Rupanya Wayne tahu saya mengikutinya. Karena itu, jalannya menjadi ragu-ragu.

Sebagaimana biasanya orang yang berusaha untuk berkenalan, saya berkata, “Alangkah baiknya cuaca hari ini. Mudah-mudahan besok tidak hujan. Kalau tidak salah, menurut radio hujan akan datang paling cepat tiga hari yang akan datang.”

Wayne mengangguk-angguk. Sikapnya seperti orang kehilangan akal. Kepada Steven dia tidak berkata apa-apa, tetapi saya tahu bahwa Steven juga gugup. Sikap mereka seperti orang yang ketahuan akan mencuri, terutama Wayne.

Sesuai dengan dugaan saya, menyogok Steven tidak mudah. Dia diam, tetapi saya merasa dia menanggapi saya sebagai seseorang yang mempunyai maksud jahat. Sikapnya seolah ingin mengatakan, “Jangan menyogok saya dengan permen cokelat, ya.” Dan sikap ini dipupuk oleh Wayne.

Lihat selengkapnya