Olimpiade Cinta

E.K. Fitriyanto
Chapter #3

Awal segalanya

sebagai unggulan sudah seharusnya kita yang menang

Pagi itu keadaan langit sangat bersahabat, Tidak seperti beberapa hari belakangan ini yang setiap pagi turun hujan. Tetapi cuaca yang bersahabat ini malah membuat Akame dan teman-temannya sedikit mengeluh, karena tempat yang akan mereka tuju adalah daerah pertambangan yang dikenal memiliki suhu yang cukup panas ditambah hari ini cuaca kemungkinan terik.

Akame sendiri adalah seorang siswi salah satu SMA Negeri terbaik di daerahnya. Dengan wajah cantik dan perawakan khas wanita blesteran eropa ia terpilih mewakili sekolahnya dalam olimpiade sains tingkat SMA. Tapi jika bicara olimpiade sains tentunya bukan hanya mengandalkan fisik tapi juga otak yang cerdas dan tentunya dimilikinya. 

"Kenapa cuaca cerah gini pas kita mau ke Cilaku,"

Keluh Aisyah melihat keadaan langit pagi yang hanya memiliki sedikit awan

"Kamu tuh, dikasih hujan ngeluh dikasih panas juga ngeluh maunya apa sih?"

Sindir Akame meski sebenarnya ia juga merasa kurang puas dengan cuaca pagi ini

"Aku tuh bukannya ngeluh atau enggak suka cuaca cerah kayak gini,tapi kenapa harus hari ini waktu kita mau ke Cilaku yang panas,"

"Itu namanya kamu ngeluh syah!" jawab Akame sebari masuk kedalam kendaraan yang akan membawanya ke tempat perlombaan. 

"Terserah kamu mau menafsirkannya dengan apa, yang jelas kamu juga kecewa kan?"

Perkataan Aisyah yang sangat tepat, karena benar bukan hanya dirinya yang mengeluhkan cuaca hari ini. Meski begitu hal tersebut tidak lantas membuat semangat mereka menurun karena mereka tidak mau gagal di ajang yang sudah mereka persiapkan selama berbulan-bulan hanya karena permasalahan cuaca.

...

Kau itu menyebalkan, Benar-benar menyebalkan.

Didepan sebuah pos polisi lalu lintas seorang pemuda dengan tubuh tinggi tegap berseragam SMA rapih menunggu kedatangan teman-temannya.

Ia memandang orang-orang yang sedang berlalu-lalang di hadapannya dengan ekspresi malas dan kesal, sementara itu orang-orang membalasnya dengan tatapan sinis. Hal yang sudah dianggap wajar olehnya dikarenakan reputasi sekolahnya yang kurang baik di mata masyarakat.

Namun meski begitu hal tersebut tak mengurangi semangatnya untuk membuktikan diri bisa jadi juara meski berasal dari sekolah bereputasi buruk. 

Haah! Lama sekali pada kemana sih! Gumam Urie dengan nada kesal dikarenakan ia sudah menunggu di tempat itu selama hampir 30 menit dan sampai detik ini pun masih belum ada tanda-tanda akan kedatangan teman-temannya.

 15 menit berlalu barulah muncul Asep yang tidak lain adalah kakak kelasnya datang dengan gestur sangat santai. 

"Lama! Urie berkata dengan kesal"

"Biasa aja kali! Lagian jam segini masih cukup pagi untuk ukuran murid-murid di sekolah kita,"

"Bu Sri juga kemana? Ikut-ikutan kesiangan Janjiannya jam 6 kurang harus sudah sampai disini tapi sampai sekarang belum muncul juga," sambung Urie yang sangat kesal bercampur khawatir ketelatan teman-temannya bisa menggagalkan mimpinya.

"Bu Sri? Kita pergi bukan sama bu Sri kali,"

Asep menjawab sebari menertawakan Urie sekaligus membuat Urie sedikit bingung tetapi tidak merubah ekspresi kesalnya.

"Lalu dengan siapa?"

"Nanti juga kamu tau,"

Beberapa saat kemudian barulah terlihat seorang guru yang akan membimbing Urie dan teman-temannya

"Asep! Urie! Mana yang lainnya?cepet gitu kita udah kesiangan," Ucap Maniani dengan sedikit terburu-buru. 

"Dasar gak tau diri!!"

Kata Urie sadis tanpa memperdulikan lawan bicaranya yang tidak lain gurunya sendiri tapi karena gurunya tidak mendengar dengan jelas hal tersebut tidak berdampak apa-apa

"Apa?"

"Oh gak bu itu... Tika masih dijalan Gigi sama Usoy tuh! di seberang, kalo Ari sama Heri gak tau masih dimana,"

Jawab Asep sebari mengalihkan perkataan Urie dan secara kebetulan teman- temannya sampai hampir berbarengan

"Tuh di belakang ibu!"

Sahut Urie sambil menunjuk ke arah Ari dan Heri yang berjalan dari arah belakang sang guru

"Yaudah kita cari angkot kosong dulu sambil nunggu Tika dateng,"

"Bu nungguin Tika dulu emang masih keburu kita sampai Cilaku?"

Tanya heri ketika berjalan mencari angkot. Mendengar itu Urie langsung bertanya ke Asep

"Cilaku? Bukan SMA satu?"

 "Iya SMA satu tapi SMAN 1 CILAKU."

 Jawab Asep yang membuat mood Urie semakin memburuk.

Tak lama setelah itu Tika datang yang membuat semua orang lega terutama Urie yang sudah sedari tadi sangat khawatir. 

"Alhamdulillah! euh meni lami Tika mah beurang manten ayo jalan mang!" ucap Maniani ketika Tika sampai dan langsung meminta supir angkot untuk langsung berangkat namun tak belum sempat supir menginjak pedal gas Heri langsung menghentikannya. 

Lihat selengkapnya