Olimpiade Cinta

E. Karto
Chapter #14

Eric

Bukan hanya finansial Perhatian orang tua merupakan hal penting bagi remaja.

Eric dan Urie merupakan dua saudara kembar tidak identik. Sejak kecil mereka selalu bersama dalam melakukan berbagai hal. Eric yang lahir terlebih dahulu selalu menjadi pelindung Urie yang cengeng. 

Di usianya yang baru menginjak 6 tahun kedua anak ini sudah menunjukan potensi kecerdasan yang luar biasa. Mereka sudah mampu mengerjakan soal-soal yang sulit bisa dikuasai anak SD pada umumnya. 

Eric tumbuh sebagai bocah lelaki yang tampan berkulit putih dengan tubuh yang lebih tinggi dibanding anak sebayanya. Sementara Urie memiliki warna kulit yang lebih eksotis dengan matanya yang sipit juga dengan tinggi sedikit diatas rata-rata meski tak setinggi Eric. 

Hidup mereka terbilang cukup bahagia untuk ukuran ekonomi keluarganya yang berada di level menengah kebawah. Semua berjalan normal hingga kejadian yang tak diinginkan anak manapun di dunia ini terjadi yaitu perceraian orang tua. 

Kehidupan mereka berdua berubah drastis. Eric yang sebelumnya terlihat sebagai anak penuh semangat perlahan berubah dari anak pemurung dan lebih sering diam dikamar sementara Urie juga memiliki kondisi yang sama meski ia masih bersikap riang diluar rumah. 

Setahun mereka tinggal bersama nenek mereka hingga pada kelas 2 sd mereka berpisah. Eric memilih ikut tinggal di kota Jakarta bersama ibunya yang ingin ekonomi keluarga mereka meningkat sementara Urie ikut ayahnya di sebuah daerah bernama Cipanas dengan meski dengan keadaan ekonomi pas pasan. 

Selama bertahun-tahun saudara ini tak pernah bertemu karena terhalang jarak yang sebenarnya tak terlalu jauh namun mengingat usia mereka masih kanak-kanak mustahil bagi keduanya bertemu. 

Selama SD Eric memiliki 4 orang dekat yakni Iqbal, Ayu, Takumi dan Aisyah. Saat itu ia seperti kembali mendapatkan masa kanak-kanak yang indah sebagai anak SD. 

Kehidupan Eric di masa SD terasa kembali sempurna. Namun kehidupan bocah tampan yang mulai beranjak remaja itu berubah ketika ia menginjak kelas 2 SMP. Ibunya memutuskan untuk menikah lagi dengan lelaki yang ia temui ditempat kerjanya. 

Selepas itu Eric yang masih baru mengawali proses menuju remaja mulai masuk ke jalan yang salah. Seorang anak berusia 14 tahun yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari orang tua itu mulai masuk ke lembah hitam. Ibu yang seharusnya memperhatikannya justru terlalu memerhatikan suaminya yang saat itu jadi pengangguran. 

Eric yang saat itu sudah bukan hanya membutuhkan suport dan perhatian juga memerlukan biaya untuk sekolahnya. Namun yang terjadi bukan hanya tak diberikan dukungan dan perhatian ia juga kerap kali dimarahi oleh ibunya ketika meminta uang untuk sekolah. 

Uang tabungan ibunya hasil kerja selama bertahun-tahun yang sejak awal dikatakan untuk membahagiakan Eric serta uang sekolah hingga kuliah harus ludes untuk membiayai biaya hidup yang meningkat. 

Apalagi selain suami barunya menjadi pengangguran pengeluaran bertambah setelah ibunya hamil dan melahirkan adik tirinya. 

Eric yang saat itu masih bermental lemah serta belum bisa beripikir dewasa mulai frustasi dengan kehidupannya. Ia yang merupakan murid berprestasi mulai bergaul dengan anak-anak bandel untuk mencari pelarian. 

Disana ia mulai mengenal yang namanya dunia jalanan. Selain nongkrong ia juga sering mengamen. Selama itu pula ia mulai mengenal yang namanya rokok. 

Yah sungguh ironis Eric yang merupakan anak cerdas berprestasi baik di bidang akademik maupun olahraga harus menjadi seperti itu. 

Selain rokok ia juga mulai mengenal yang namanya minuman keras, Obat-obatan hingga pada akhirnya ia masuk ke jurang paling dalam bernama Narkoba . 

Memasuki kelas 3 Masa SMPnya benar-benar menjadi kelam. Prestasi disekolahnya menjadi anjlok. Ia juga jadi jarang masuk kelas karena lebih memilih nongkrong-nongkrong di jalan. 

Di luar itu Eric juga masuk kedalam sebuah geng motor yang sering meresahkan warga dan kerap terlibat dalam perkelahian. Disana ia cukup disegani meski berusia paling muda. Alasannya jelas karena sejak kecil Eric dan saudara kembarnya Urie sudah dilatih pencak silat oleh buyutnya yang merupakan seorang sesepuh di salah satu perguruan silat terkenal di Indonesia. 

Eric yang selalu serius ketika belajar bela diri itu kini sudah menuai hasil dari latihannya itu. Bukan hanya satu atau dua orang bahkan bocah 15 tahun itu bisa menghadapi hingga 10 orang dewasa. Namun sayang kemampuannya itu ia gunakan di jalan yang salah. Ia menggunakan ilmunya untuk melakukan kekerasan jalanan. 

Masa depan Eric benar-benar hampir selesai ketika akhirnya ia dikeluarkan dari sekolah. Ia dikeluarkan hanya sekitar 6 bulan sebelum ujian akhir. 

Setelah itu Eric tidak berani pulang ke rumahnya, bukan karena takut namun lebih karena malas mendengar ceramahan ibunya.

Saat itu sudah hampir sebulan ia tak pulang yang berarti ia juga tak pernah mendapat uang dari ibunya. Uang hasil mengamen juga tak mampu menutupi biaya hidupnya yang pada saat itu bukan hanya memerlukan makan melainkan memenuhi rasa candunya pada barang haram. Frustasi karena membutuhkan uang akhirnya Eric memutuskan melakukan hal nekat. 

Lihat selengkapnya