Pagi yang menyebalkan bagi Aleyza saat ia mendapati ban mobilnya bocor. Jalanan macet, ban mobil bocor, tak nampak bengkel, benar-benar membuat Aleyza ingin mengamuk. Diraihnya ponsel yang ada di tas dan menelpon salah satu supirnya.
"Pak, ban mobil saya bocor, tolong bawa ke bengkel ya Pak, saya lagi di Jl. Thamrin, sekarang saya ke kantor naik ojek aja, makasih."
Setelahnya, dia keluar dari mobil dan memesan ojek. Beruntung tadi dia sempat menepikan mobilnya, jadi dia tak perlu meminta maaf pada kendaraan-kendaraan yang ada di belakangnya karena mobilnya yang menutupi jalan.
Dua puluh menit berlalu dan akhirnya Aleyza tiba di butiknya.
"Ini ongkosnya, makasih mas." ujar Aleyza yang langsung berbalik hendak memasuki butiknya.
"Mbak!" panggil si pengemudi ojek berjaket hijau yang mau tak mau membuat Aleyza menghentikan langkahnya.
"Kenapa? Uangnya kurang?" tanya Aleyza membuat si pengemudi menggeleng cepat dan menjawab, "Malah kelebihan banyak mbak, ongkosnya cuma lima belas ribu tapi mbak ngasihnya seratus ribu, recehan saya gak cukup buat kembaliannya mbak."
Aleyza menghela napasnya lalu tersenyum, "Kembaliannya ambil aja, udah ya saya duluan, permisi."
Aleyza kembali berbalik dan berlari memasuki butiknya.
"Aduh, atasan macam apa gue ini? Masa datengnya telat sih, pokoknya ini pertama dan terakhir kalinya gue telat." tegas Aleyza pada dirinya sendiri.
"Pagi Kak," sapa Ardel, salah satu karyawan Aleyza.
"Pagi Del, maaf ya gue telat, tadi jalanan macet banget trus ban mobil gue pake segala bocor lagi,"
"Santai kali Kak, lagian ini butik juga kan butik Kakak, bebas lah mau dateng kapan aja," jawab Ardel diakhiri tawa kecil.
Aleyza terkekeh lalu membalas, "Ya udah gue ke atas dulu ya."
Ardel tersenyum seraya menundukkan sedikit kepalanya. Dipandanginya Aleyza yang perlahan menghilang ditelan anak tangga. Dalam hati dia bersyukur karena bisa bekerja dengan Aleyza, atasannya yang tidak sombong meskipun kekayaannya ada dimana-mana. Pembawaan Aleyza yang santai tapi disiplin, tidak malu untuk meminta maaf, perhatian, dan murah senyum membuat tidak hanya Ardel, namun seluruh karyawannya menjadi sangat betah dan bersemangat bekerja di bawah naungan Aleyza.
...
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ {18}
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman:18)
...
"Duh gue gak bisa, lagi banyak pesenan gaun, lain kali aja ya?"
Tut tut.
Aleyza menghela napas tatkala sambungan teleponnya dimatikan secara sepihak.
Damian Resnandra, kekasih Aleyza sejak dua tahun yang lalu. Perkenalan mereka bermula saat Aleyza hampir mengalami kecelakaan saat berjalan menyebrangi jalan. Saat itu pikiran Aleyza tengah kacau karena mendapat kabar kalau neneknya meninggal dunia. Dengan cepat Damian menarik Aleyza ke tepi jalan dan membawanya ke rumah sakit karena kaki Aleyza terluka akibat beradu dengan aspal. Perhatian, lembut, berwibawa, bagian dari diri Damian yang saat itu membuat Aleyza jatuh hati.
Selama dua tahun ini, berbagai ujian sudah Aleyza alami dalam hubungannya itu. Entah sudah berapa puluh kali Damian terciduk selingkuh, namun Aleyza selalu berpikir kalau ini juga salahnya karena terlalu sibuk dengan butik hingga tak ada waktu untuk Damian. Namun semakin hari Aleyza merasa Damian semakin berubah. Setiap hari ada saja yang membuat keduanya berdebat, baik perdebatan kecil atau besar.
Beberapa menit yang lalu, Damian mengajaknya pergi makan malam dan menonton bioskop seperti yang kebanyakan pasangan lakukan saat malam minggu tiba. Namun tumpukan pesanan gaun membuat Aleyza tidak bisa menuruti ajakan Damian. Dan Aleyza yakin sekarang Damian marah padanya.
Tok tok tok
"Masuk!"
Aleyza yang tadinya berdiri menghadap jendela lantas berpindah ke kursi kebanggaannya.
"Kak, ada yang mau ketemu sama kakak," ujar Risa mengundang kerutan di dahi Aleyza.
"Siapa?"
"Namanya Khanza, katanya sih temen lama Kakak," jawab Risa membuat dahi Aleyza semakin berkerut.
Khanza? Emang temen gue ada yang namanya Khanza?, batin Aleyza.
"Ya udah gue aja yang nyamperin, makasih ya," ujar Aleyza.
"Sama-sama Kak, aku permisi ya." pamit Risa sebelum keluar dari ruangan Aleyza.
"Oke, semangat kerjanya! Bilangin juga ke yang lain suruh semangat!" seru Aleyza yang diberi acungan jempol Risa.
Setelah Risa keluar, Aleyza lantas bercermin dan merapikan penampilannya. Siapa tahu ternyata tamu penting, pikir Aleyza.
"Hai!"
Aleyza terkesiap saat pintu ruangannya sudah terbuka dan menampilkan sosok perempuan yang berhasil membuat mata Aleyza terbuka sampai bukaan terlebar.
"Lo? Ngapain lo ke sini?" tanya Aleyza terkejut.
"Gue rasa karyawan lo udah ngasih tau kalo lo bakal kedatangan tamu."
"Perasaan tadi Risa bilang namanya Khanza." gumam Aleyza yang ternyata didengar Khanza.
"Rena Khanzania, lo pasti taunya Rena-nya doang kan?". Aleyza hanya mengangguk menanggapi Khanza.
"Ini gue gak disuruh duduk?"
...