On The Inside

Fuseliar
Chapter #1

Prolog

"Perkembangan Michel meningkat pesat selama 6 bulan terakhir. Untuk kedepannya Michel sudah siap sekolah tanpa guru pendamping. Hanya saja Michel butuh waktu belajar tambahan yang bisa mengarahkan konsentrasinya. Michel punya kecenderungan untuk belajar bersama orang yang ia anggap dekat. Tidak harus keluarga, seperti sekarang Michel bisa mengikuti pelajaran bersama teman sebangkunya.

Seorang guru perempuan menjelaskan kepada seorang lelaki paruh baya. Objek observasi mereka adalah seorang remaja perempuan berambut uban seperti nenek-nenek. Posisi mereka yang berada di luar kelas tidak mengganggu proses belajar mengajar di sekolah itu.

"Kalau begitu Michel sudah siap sekolah tanpa guru pendamping dalam waktu dekat," ucap si pria paruh baya.

"Benar sekali. Michel memang bukan genius di bidang akademis. Tapi Michel bisa mendapat nilai bagus jika bisa konsentrasi penuh saat proses belajar mengajar. Michel sendiri juga punya keinginan untuk belajar dan mengejar ketertinggalannya," jelas Sang Guru.

"Terimakasih banyak atas bantuan ibu. Berkat anda Michel bisa berkembang sejauh ini selama setahun terakhir. Saya tidak menyangka akhirnya Michel bisa lepas dari guru pendamping."

Anggukan setuju dari Sang Guru memantapkan hati pria paruh baya itu.

"Kalau begitu saya mohon bantuan untuk membuat rekomendasi pindah sekolah ke SMA Walang."

Tak lama suara bel sekolah berbunyi. Pertanda seluruh jam pelajaran di sekolah itu berakhir.

Keluar dari pintu kelas, Michel sudah mendapati seorang pria paruh baya yang ia kenal di depan mobil. Pria itu berambut putih ke abu-abuan keriting, membawa beberapa lembar amplop coklat. Beliau menggunakan kemeja putih, dengan dasi hitam beserta celana kain hitam. Michel tersenyum lebar mendekati pria itu.

"Tumben ayah jemput Michel. Pasti ayah ada maunya," ledek si anak gadis.

"Ah masa? Bukannya ayah kemarin yang jemput Michel?" Kilah pria yang lebih tua.

"Iya, terus Michel di suruh nyetir mobil sampai rumah. Ayah kan tinggal ngorok di belakang," omel Michel.

"Berarti Michel seharusnya yang jemput ayah pulang kerja."

Kesimpulan dari pria paruh baya itu malah membuang suasana makin aneh.

"Mending ayah langsung ngomong aja. Ayah punya permintaan apa?" ucap Michel berusaha mengalihkan topik.

Pria yang lebih tua hanya tersenyum lalu menggiring Michel ke mobil.

Si anak gadis agak terkejut saat melihat ada seorang sopir dibalik kemudi. Sesuatu yang jarang dilakukan oleh ayahnya saat menjemput Michel. Meskipun ayahnya pejabat eselon satu, tapi beliau jarang pulang bersama sopir. Michel memprediksi ayahnya akan kembali lagi ke kantor setelah mengantar Michel pulang. Mengingat beliau mau merelakan waktu untuk menjemput Michel, adalah pertanda Ayah Michel ingin membicarakan hal penting.

Lihat selengkapnya