Mereka tiba di kantor Satpol PP. Michel dan anak-anak lain yang terjaring razia dikumpulkan. Ruangan staff petugas Satpol PP dengan berderet-deret meja komputer yang di depannya terdapat kursi. Satu per satu siswa yang terjaring didudukkan dan diinterogasi. Darren yang pertama, karena penampilannya yang terlihat seperti kebanyakan anak-anak tukang bolos yang suka tawuran.
"Sebutkan nama, sekolah, alamat dan nama orang tua" titah petugas di balik meja komputer.
"Nama, Darren Halim Bramantyo. Sekolah di SMA Walang, kelas 12 IPA 7. Alamat rumah, Avalon Grand Regency, El Grande Coast Blok A nomor 18. Nama orang tua, Richard Halim Bramantyo," jawab Darren.
"Kenapa kamu kok bolos sekolah?" tanya si petugas lagi dengan nada dingin.
"Males pak dengerin guru kimia. Ibunya sudah tua, saya duduk di belakang gak denger suaranya. Ya saya mending bolos aja ketimbang bingung sendiri di kelas. Lagipula saya nanti juga ikut pelajaran tambahan di tempat les. Tentornya cantik-cantik dan bikin saya semangat belajar," jelas Darren.
"Terus itu kenapa kok lebam semua mukamu?" tanya petugas yang tiba-tiba muncul di belakang Darren.
"Kemarin saya habis kecelakaan pak di rel dekat sekolah. Motor saya jatuh waktu nyebrang rel. Itu temen saya yang rambutnya kayak nenek-nenek, nolongin saya kemarin," jawab Darren.
Darren memutuskan berbohong karena ia tidak ingin di cap sebagai anak yang suka tawuran dan diinterogasi lebih lama.
"Beneran kecelakaan? Atau habis tawuran?" tanya sang petugas yang jelas tidak percaya.
"Beneran pak, tanya aja sama temen saya yang rambutnya kayak nenek-nenek itu. Saya gak bohong," kilah Darren.
Petugas yang tidak percaya memanggil Michel.
"Kamu katanya nolongin dia kecelakaan di rel kemarin, bener apa enggak?" tanya sang petugas.
Michel melirik Darren dan petugas yang lain. Michel tidak akan lupa bagaimana rencana train spotting-nya kemarin gagal. Tapi ia tidak tega juga merusak nama baik cowok itu di depan petugas Satpol PP.
"Iya pak, dia menerobos perlintasan ilegal trus motornya kepeleset. Saya kebetulan di dekat sana foto kereta yang mau lewat. Otomatis saya menolong dia pak. Kalo gak gitu dia udah jadi ayam geprek," jelas Michel.
Entah penjelasan Michel yang terlewat meyakinkan, atau memang petugas Satpol PP itu lebih memilih percaya pada Michel. Darren kemudian dibebaskan dari interogasi sang petugas.
Kini giliran Michel diinterogasi.
"Sebutkan nama, sekolah, kelas, alamat, sama nama orang tua," titah petugas yang sama.
"Nama saya Isna Michelia Gauri. Sekolah di SMA Walang, kelas 11 IPA 3. Alamat di Jalan Karang Kuncen nomor 87. Nama orang tua saya Syamsul Padmo Gauri," jawab Michel
"Kenapa kamu bolos sekolah?" tanya si petugas yang kali ini dengan nada yang lebih lembut.
"Saya terpaksa bolos pak. Soalnya kunci rumah saya hilang. Bapak saya di luar kota, kakak saya juga di luar kota, ibu saya sudah almarhum. Jadi saya enggak pulang dari kemarin. Kalo saya masuk sekolah, seragamnya enggak cocok. Enggak lucu kalo saya masuk sekolah tapi seragamnya pake seragam kemarin. Daripada bikin huru hara di sekolah lebih baik saya bolos," jelas Michel.
"Terus ngapain kamu jalan-jalan di mall?" tanya petugas yang lain.