Jam menunjukkan pukul 4 sore. Seorang lelaki paruh baya berumur hampir 50 tahun turun dari mobil. Ia menyusuri lahan parkir kantor satpol PP. Menemui beberapa petugas, lalu mendapati remaja perempuan berambut uban duduk bersebelahan seorang remaja laki-laki. Keduanya sama-sama duduk di kursi paling pojok. Tidak ada kata-kata yang terucap, mereka hanya saling bertukar pandang. Tak lama pria itu keluar kantor Satpol PP diikuti si cewek berambut uban. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam mobil. Pria itu duduk di balik kemudi, sedangkan si anak gadis di sebelahnya. Setelah pintu ditutup, barulah pembicaraan dimulai.
"Gimana ceritanya kamu di tangkap Satpol PP?" tanya pria itu tanpa ada emosi di dalamnya.
"Aku ke mall mau memperbaiki kamera. Tempat servis resmi kameraku ada di mall. Waktu lagi cari tempat servisnya, aku kena razia Satpol PP. Maaf, Michel udah bikin ayah susah. Semuanya gara-gara Michel menghilangkan kunci rumah," ujar Michel yang suaranya semakin kecil.
Jemari gadis itu bergerak memainkan ujung dasi. Ujung sepatunya mengetuk lantai mobil dengan ritme yang tak beraturan.
"Besok-besok jangan sampai kehilangan lagi. Kapan hari kamu udah kehilangan ATM sama KTP. Jadi lebih dewasa. Usahakan jangan sampai ceroboh lagi," tutur sang ayah.
"Iya ayah. Michel minta maaf sudah nyusahin ayah sama kak Arwin. Michel akan berusaha lagi supaya enggak lupa," ujar Michel yang tidak berani bertatap mata dengan ayahnya.
"Michel kan punya dompet, gimana kalau dompetnya dipakai? Buat tempat kunci, KTP sama ATM. Biar enak nyarinya," tambah Sang Ayah.
"Bukannya ayah marah, tapi ini sudah terlalu sering. Ayah tahu kalau kamu kesulitan untuk mengatur benda-benda kecil seperti itu. Tapi Michel kenapa enggak pakai kantong-kantong kayak kertas sama alat gambarmu? Ini penting loh ATM, KTP sama kunci rumah. Kalau ayah sama Kak Arwin baru bisa balik seminggu kemudian gimana?"
Hati Michel makin ciut. Mengingat apa yang terjadi hari ini adalah konsekuensi dari kelalaiannya sendiri.
"Besok Michel pakai dompet," ujar si anak gadis.
"Bagus. Inget, jangan sampai hilang lagi. Dijaga, dompet itu isinya barang berharga. Kalau hilang yang susah bukan hanya Michel, tapi ayah dan kakak juga. Mengerti?" cecar Ayah.
Si anak gadis hanya bisa mengangguk dan menjawab,
"Iya ayah."
Sang lelaki paruh baya kemudian menyalakan mesin mobil. Beberapa detik kemudian sebuah mobil Toyota Innova pergi meninggalkan lahan parkir kantor Satpol PP.
Pasangan ayah dan anak perempuannya ini saling membisu. Hingga beberapa menit berjalan, sang ayah kembali buka suara.
"Kamu kenal sama Darren?" tanya beliau.
"Oh? Iya barusan kenal sih. Ayah kenal sama Darren," sahut Michel.
Pergantian topik pembicaraan telah berhasil mengesampingkan rasa bersalah Michel.
"Baru ketemu beberapa kali. Dia teman dekatmu? Kok kalian di tangkap berdua?" tanya Ayah Michel.
"Kebetulan waktu Michel di Mall, ternyata Darren juga ikut kena ciduk sama Satpol PP. Michel baru kenalan hari ini di kantor Satpol PP," jelas Michel
"Sebelumnya Michel enggak kenal sama Darren?" tanya sang ayah lagi.
Si anak gadis menggelengkan kepala dan merespon,
"Enggak."
"Michel tau Darren siapa?" tanya sang ayah kembali memastikan pemahaman si gadis.
Michel terdiam sejenak lalu menjawab,
"Darren anaknya crazy rich yang namanya Bramantyo itu kan? Michel baru tau tadi waktu ditanyai orang Satpol PP."
Jawaban Michel sudah cukup menggambarkan pengetahuan si anak gadis.
"Ayah lagi pegang kasus audit perencanaan proyek salah satu anak perusahaan bapaknya Darren. Ayah merasa ada yang enggak beres sama rencana anggarannya. Ayah takut kamu dipakai buat jaminan politik," papar sang ayah.
"Tapi kan ayah bilang Michel harus berteman sama semua orang," bantah si anak gadis.