On The Inside

Fuseliar
Chapter #11

"Opening" dari Darren

Secepat kilat Michel menghabiskan bubur ayam di meja. Selanjutnya ia berlari mengambil kaus kaki di jemuran. Sambil berjalan cewek berambut uban itu memakai kaus kaki. Baru terpakai sebelah, cewek itu masuk ke kamar. Mengaitkan lengan di ransel dan memakai kaus kaki lagi. Tak lupa mengambil dasi di meja komputer dan memakai sekenanya. Sayang sekali cewek yang dikejar waktu itu, melupakan topi abu-abu yang menggantung di balik pintu.

"Michel, jangan lupa pakai sepatu barunya ya!" seru sang ayah yang menjadi background pengingat.

Michel tidak menjawab. Ia segera memakai sepatu yang baru ia beli kemarin. Kemudian berlari ke arah mobil H-RV yang sudah siap berangkat. Kakak laki-laki Michel sudah menunggu di balik kemudi.

"Ayah, Michel berangkat!" teriak Michel sebelum masuk ke mobil.

Begitulah pagi hari senin Michel. Tadi pagi ia bangun kesiangan. Beruntung sekali Michel berhasil masuk gerbang sekolah di menit-menit terakhir.

Dengan napas naik turun, Michel masuk ke kelas. Banyak anak-anak yang sudah turun ke lapangan. Bahkan Rani juga sudah tidak ada di bangkunya. Cewek berambut uban itu meletakkan asal tas ranselnya dan membuka resleting tas. Tangan Michel meraba-raba isi tas, mencari topi abu-abu. Tapi malah topi cokelat yang muncul. Sekali lagi ia mencari dan membongkar isi tas. Pada menit-menit itu Michel menyadari, kalau dirinya tidak membawa topi untuk upacara hari Senin.

Pikiran Michel kini beralih. Bagaimana cara agar ia bisa kabur dari Pak Iwan sang guru penegak tata tertib? Namun keberuntungan Michel menipis. Manakala orang yang dipikirkan muncul di pintu kelas.

"Hei! Kamu! Ayo turun ke lapangan!" tegur Pak Iwan.

"Iya pak," jawab Michel yang sudah pasrah.

Tentu saja Pak Iwan sadar kalau Michel tidak memakai topi.

"Mana topimu?!" cecar pak Iwan tanpa ampun

"Saya salah bawa topi pak," jawab Michel.

Beliau auto menggiring Michel ke barisan belakang. Barisan para pelanggar tata tertib.

Di barisan itu sudah ada Darren yang tidak mengenakan dasi dan topi. anehnya cowok itu malah tersenyum lebar saat melihat Michel masuk ke barisan.

"Michel, kamu berdiri di belakangku aja," kata cowok yang lebih tinggi.

"Hah? Kenapa?" tanya Michel yang menuruti permintaan Darren.

Setelah Michel berdiri tepat di belakang Darren, baru cowok itu menoleh ke arah Michel dan menjawab pertanyaan si cewek berambut uban.

"Biar kamu enggak kepanasan. Cewek cantik gak boleh terpapar sinar matahari," kata Darren.

Michel bengong seketika mendengar pendapat Darren. Pasalnya tinggi Michel sudah sedagu Darren. Bagaimanapun bayangan Darren tidak akan menutupi cewek berambut uban itu dari sinar matahari.

"Sak karepmu wes. Sak karepmu," gerutu Michel sambil geleng-geleng kepala.

Perkiraan Michel sama sekali tidak meleset. Bayangan Darren tidak cukup tinggi untuk menutupi si adik kelas dari sinar matahari. Sejenak Michel berpikir Darren terlalu bodoh atau jangan-jangan otaknya terbentur sesuatu jadi sedikit bergeser posisinya.

Setelah upacara, semua anak yang melanggar aturan dikumpulkan. Seorang guru yang tidak Michel kenal berdiri di depan. Dari name tag-nya tertulis kata "Anji Rahmatulahi". Tidak seperti pak Iwan yang terkenal suka sweeping sebelum upacara, guru yang berdiri di depan sana tidak terdengar gosipnya. Mungkin karena Michel baru saja pindah beberapa bulan lalu, sehingga ia tidak mengenali semua guru SMA Walang.

Sang guru dengan wajah garang mendekati Michel. Beliau melirik penampilan Michel dari atas sampai bawah.

"Kamu ini sekolah atau mau fashion show? Rambut tidak boleh di semir selain warna hitam!" tegur beliau.

"Ini rambut asli saya pak," kilah Michel tanpa berpikir.

"Sudah jelas-jelas ketahuan masih bohong?! Kamu enggak pernah dididik orang tuamu?!" seru beliau.

"Ini rambut asli saya pak. Peraturannya rambut tidak boleh disemir selain warna hitam. Berarti saya pakai warna rambut asli boleh dong pak," balas Michel tak mau kalah.

Lihat selengkapnya