On The Inside

Fuseliar
Chapter #13

Michel Menghajar Anak Orang

Ada beberapa hal yang Michel ingat saat beberapa tahun yang lalu. Ia mengingat betul saat berdiri di depan makam ibunya. saat sang ayah memeluknya erat-erat dan menceritakan kenyataan yang terjadi pada sang ibu.

"Kenapa ibu yang harus mengalami ini?" tanya Michel.

Jawabannya sangat mudah ditebak, karena sang ayah ingin mengungkap kasus korupsi dan dimusuhi banyak orang.

"Apa orang yang berniat baik harus bernasib begini?" tanya si anak gadis menunjuk makam ibunya.

Sang ayah terdiam sejenak. Kemudian beliau menggeleng pelan. Dengan wajah sembab beliau tersenyum lebar. Ada api harapan di mata beliau, api yang membara itu terpatri di hati Michel.

"kalau begitu, Michel harus lebih kuat dari mama. Jadi suatu hari nanti Michel bisa seperti mama. Sebagai orang yang bisa melindungi orang lain," ucap beliau.

Kenyataannya Michel tidak bisa berbuat apa-apa saat mimpi buruk itu terjadi. Nyatanya ibu Michel sengaja membiarkan Michel merangkak di bawah kasur dan bersembunyi di belakang kotak baju. Realitanya Michel hanya meringkuk ketakutan sampai suara panik ayah terderdengar. Faktanya Michel tidak bisa memberikan keterangan yang membantu saat penyelidikan, hingga sang ibu harus menghilang selama 3 bulan. Saat ditemukan, sang ibu hanya tinggal tulang belulang yang tidak lengkap.

Sang ibu sudah menyelamatkan nyawa si anak perempuan. Itu yang dikatakan sang ayah untuk menguatkan hati si anak perempuan. Karena apapun yang terjadi hari itu bukanlah kesalahan Michel.

Anak perempuan bernama Michel itu, hanya seorang bocah naif yang berpegang pada prinsip yang diturunkan dari orang tuanya. Prinsip itu bukanlah ekspektasi, atau doktrin. hanya sesuatu yang terasa benar di hati si bocah naif.

Refleksi dari prinsip itu kini terpampang jelas di ekspresi wajah Michel. Setelah melihat seorang anak kelas 11 dirundung, hati Michel tidak terima. Tidak seharusnya ada perundungan di sekolah. Semua orang berhak sekolah dengan rasa aman, tanpa intimidasi bukan? Karena itu Michel tidak akan tinggal diam. Ia bukan lagi seorang anak perempuan lemah yang tidak bisa melindungi diri.

"WOI ANJ*** LEPASIN DIA!" teriak Michel.

Semua pasang mata siswa kelas 12 tertarik ke arah Michel. Tentu tidak ada yang menampilkan ekspresi ramah. Cewek berambut uban itu menelan ludahnya sekaligus menelan habis semua keraguan dan ketakutan.

"kalian ngapain anj***! Lepasin dia anj***!" teriak Michel yang berjalan mendekati gerombolan anak kelas 12.

Empat cowok gerombolan anak kelas 12 itu berhenti dan saling pandang sejenak. Kemudian salah satu dari mereka mendekati Michel.

Lihat selengkapnya