On The Inside

Fuseliar
Chapter #14

Gangguan Hoaks

Sambil merebahkan diri ke sofa, Michel mengkompres lengan kirinya. Area ruam kebiruan cukup besar dan terasa nyeri. Pikiran Michel masih melayang memikirkan siswi kelas 11 yang di-bully tadi. Belum lagi otak Michel yang waktu itu seperti bergerak otomatis. Ia tidak mengingat jelas wajah-wajah para pem-bully. Ia juga tidak mengingat wajah anak kelas 11 yang di-bully. Satu hal yang Michel ingat, anak kelas sebelas itu berasal dari kelas IPA 1. Michel terpikir untuk menanyakan kepada Rani atau Theo tentang geng pem-bully dari kelas 12 dan siapa korbannya.

Si cewek berambut uban melirik televisi yang menyala sejak tadi. Fungsi televisi sebenarnya tidak banyak, paling sering digunakan untuk meramaikan suasana rumah saja. Akhir-akhir ini Michel mengikuti berita tentang kasus korupsi lewat televisi. Kasus ini mencuat beberapa Minggu terakhir, hingga membuat Ayah Michel tidak pulang ke rumah selama beberapa minggu. Hari Jum'at kemarin adalah pertama kalinya beliau pulang setelah sekian lama. Begitu pula kakak Michel yang sekarang juga sibuk menjadi ajudan Menteri. Arwin seperti hampir tidak punya hari libur. Namun kakak Michel masih menyempatkan untuk pulang minimal setiap 2 minggu sekali. Tak ayal rumah tempat Michel tinggal sangat sepi.

Berita terkait pernyataan Menkeu tentang adanya dugaan penyelewengan dana di tubuh Kementerian PUPR, sedang gencar-gencarnya. Menurut berita, sudah beberapa kali Menteri PUPR di panggil Kejaksaan dan KPK. Kabarnya lagi, kasus ini terkait kasus suap dan gratifikasi proyek pembangunan Jalan Lintas Selatan. Perusahaan kontraktor yang menjadi sorotan media saat ini adalah anak perusahaan milik Richard Halim Bramantyo—orang tua Darren. Ayah Michel yang bekerja sebagai Auditor Utama Investigasi BPK, tengah menyelidiki kasus ini bersama KPK dan Kejaksaan. Inilah yang menjadi alasan utama Ayah Michel mencurigai Darren.

Sedikit banyak, Michel memahami kecurigaan Ayahnya. Bisa saja Darren benar-benar ingin memanfaatkan kesempatan. Bisa jadi hasil laporan Ayah Michel justru mendukung anak perusahaan orang tua Darren hanya karena Darren berteman baik dengan Michel. Terlebih posisi Ayah Michel saat ini sangat strategis dalam penyelidikan kasus korupsi pembangunan Jalan Lintas Selatan ini. Hanya saja, Michel justru berpikir Darren benar-benar tulus ingin berteman. Michel berpikir anak SMA yang masih kecil seperti dirinya sendiri dan Darren, tidak ada hubungannya dengan kebijakan politik apalagi kasus korupsi.

Bagaimana kalau ternyata Darren memang sengaja mendekatinya supaya bisa menyelamatkan anak perusahaan orang tuanya? Tentu si cewek berambut uban pernah memikirkan itu. Tapi Michel tidak benar-benar memikirkan lebih dalam dampak positif dan negatif pertemanan ini. Bahkan saat Michel ditanyai ayahnya Sabtu kemarin, Michel hanya memberikan jawaban naif. Sekarang setelah mendengar berita di televisi, Michel jadi sedikit menyesal. Mungkin Sabtu kemarin Michel sukses membuat sang Ayah berputar otak kesana-kemari. Apa ini membuat Michel menjadi anak durhaka? Seperti kebanyakan anak, Michel juga tidak ingin dikutuk jadi batu.

Di saat galau seperti ini, meminta maaf kepada Ayah adalah pilihan terbaik. Tanpa berpikir panjang, Michel menelepon nomor sang ayah. Namun semua panggilan tidak dijawab, tidak ada pula balasan melalui chat. Cewek berambut uban itu berpikir kalau ayahnya sedang lembur hari ini. Michel kembali melirik berita di televisi. Sebuah acara talkshow kini membahas tentang berita korupsi ini. Sekilas acara talkshow itu menyoroti meja-meja penonton. Karena acara itu seperti acara rapat para ahli dengan seorang moderator, penonton di studio juga para ahli yang terlibat. Meskipun sekilas saja, Michel bisa melihat keberadaan sang Ayah di antara meja penonton. Bahkan kak Arwin terlihat di meja yang lain.

Otak Michel terlalu awam untuk memahami apa yang ia lihat. Ia memilih tidak mengambil pusing masalah korupsi. Jadi pikiran cewek berambut uban itu kembali melayang ke para pem-bully yang babak belur tadi siang. Michel berusaha mengingat-ingat ucapan Darren kemarin lusa. Tapi belum paripurna otaknya menganalisa, kesadaran Michel sudah hilang. Cewek itu tertidur pulas begitu saja.

Keesokan paginya, Michel bangun dengan kepala terasa pening, berat dan pusing. Baju yang dikenakan Michel juga basah. Kantung es yang digunakan mengkompres lebam di lengan kiri meleleh dan tumpah. Kini rasa dingin dan panas bersamaan muncul dengan sakit kepala. Sambil berjalan menuju kamar, Michel menyempatkan diri melirik ke kaca. Wajah cewek berambut uban itu terlihat pucat. Setelah ganti baju, barulah Michel melihat jam digital di HP. Rupanya sudah jam 9 pagi. Hari itu, Michel memutuskan pergi ke dokter dan istirahat.

Tiga hari kemudian Michel kembali masuk ke sekolah. Setiap Michel melangkah, ia pasti melihat sekumpulan siswa akan berbisik-bisik. Beruntung Michel yang tidak peduli dan menyumpal teling dengan earpiece. Cewek berambut uban itu masuk ke kelas tanpa minder dan perasaan negatif. Ia bahkan menyapa Rani dengan semangat.

"Rani! Ada PR apa hari ini? Aku nyontek PR boleh kan ya?" sapa Michel dengan wajah sumringah.

Rani hanya bisa menelan ludah. Ia membiarkan Michel duduk dan kembali menoleh ke arahnya. Barulah Michel menyadari sesuatu yang aneh di dalam kelas. Semua orang membuang muka dan melihat Michel dengan tatapan jijik. Beberapa berbisik-bisik tidak suka meskipun Michel tidak mendengarkan detil perkataan mereka.

"Ada apa sih? Kok pada aneh gini?" tanya Michel.

Rani sendiri tidak tega melihat Michel yang mendapat perlakuan seperti itu. Tapi ia sendiri juga tidak ingin terlibat lebih dalam dengan Michel.

"Aku ketinggalan berita apa selama 3 hari ini?" tanya Michel lagi sambil garuk-garuk kepala.

"Michel kan sudah baca di grup angkatan? Michel beneran begitu kah?" kata Rani yang balik bertanya.

Michel membuka smartphone dan melirik grup chat angkatan yang menampilkan 9999 notifikasi. Sudah 3 hari Michel tidak membuka grup angkatan.

"Emang di grup chat angkatan ada apa? Aku males panjat chat. Notifikasinya 9999 soalnya," ucap Michel yang masih berkutat dengan grup chat angkatan.

Michel sedikit melihat banyak orang yang mengejek sebagai pelacur dan lain-lain. Bagi Michel chat seperti itu hanyalah sampah. Dan grup angkatan tidak terlalu penting bagi Michel. Bahkan grup angkatan berada jauh tenggelam, sedangkan yang teratas adalah grup pegiat aviasi, grup komunitas busmania dan Grup Railfans DAOP jalur kantong.

"Michel, katanya anak 11 IPA 3 ada yang jadi simpanan pejabat BPK. Inisialnya IMG," jelas Rani.

Lihat selengkapnya