Ada tiga guru BK yang saat ini bergantian tercengang melihat rekaman dari sebuah HP. Bagaimana tidak? Ini pertama kali seumur hidup mereka melihat seorang perempuan benar-benar memukul empat laki-laki hingga babak belur. Namun perkara sesungguhnya bukan betapa hebatnya si anak perempuan. Tapi bagaimana aksi tidak beradab ini bisa terjadi.
"Ini masalah serius. Saya ingin tahu kenapa kamu memukul empat laki-laki siswa kelas 12 ini?" tanya guru yang bernama Anji.
"Karena saya lihat mereka mem-bully anak kelas 11 di dekat gudang," jawab Michel.
"Terus kenapa kamu bohong tadi?" tanya guru yang lain.
"Jujur atau enggak ujungnya sama. Mereka akan tetap menuduh saya bullying," balas Michel.
"Dia memang yang mem-bully! Kami justru mau menolong anak kelas 11 itu!" potong Prisil.
"Terus apa maksudmu mau menolong tapi di rekam? Kamu yang sejak awal mem-bully anak kelas 11! Udah di hajar babak belur begitu malah playing victim!" bantah Michel yang termakan emosi.
"Saya tidak menemukan Prisil melakukan aksi perundungan. Tapi kamu sudah terbukti merundung," kata guru yang lain dengan penuh penekanan.
"Pak, di video itu mereka yang mulai memukul saya duluan. Kalau mereka memang korban, buat apa mereka memukul saya duluan? Secara logika juga enggak masuk. Mereka bertujuh di tempat kejadian. Saya sendirian. Bagaimana ceritanya saya yang sendirian bisa mem-bully mereka? Saya baru dua bulan di sekolah ini. Kenal mereka saja tidak, apalagi mem-bully. Secara hirarki, mereka ini kakak kelas saya. Apa untungnya saya mem-bully kakak kelas yang tidak saya kenal? Bahkan saya tidak tahu nama mereka yang di depan saya ini," sanggah Michel.
"Gak usah sok pinter Lo! Tukang bully aja masih pake ngeles," seru Prisil.
Michel hampir ikut tersulut emosi. Tapi ia masih bisa menahan mulutnya.
"Saya juga minta pertanggungjawaban. Pengobatan saya juga mahal!" kata Refan yang menahan sakit.
Cowok itu menggunakan kesempatan untuk mengambil keuntungan dan menyeret Michel ke masalah lebih dalam.
"Benar! Orang tua saya juga tidak terima saya dihajar begini!" seru salah satu cowok di sebelah Refan.
"Pokoknya keluarkan dia dari sekolah ini!" ujar salah satu cewek siswa kelas 12 yang duduk di sebelah Prisil.
"Gilak! Kalian yang mukul pertama kali! Bukan aku! Yang aku lakukan cuma membela diri dari keroyokan empat kakak kelas berotot! Kalau kalian emang bukan pem-bully mestinya Dari awal enggak pake otot!" bantah Michel yang tidak bisa menahan lagi emosinya.
"Sudah cukup!" titah salah satu guru BK, "kalian semua dapat surat panggilan orang tua. Saya tidak mau tahu. Besok semua orang tua kalian harus datang! Mengerti!"
Prisil dan gengnya terpaksa menuruti perintah guru BK. Meskipun agak kecewa, mereka yakin bisa mengalahkan argumentasi Michel besok.
Tentu saja Michel keluar dari ruang BK dengan emosi yang masih membara. Cewek berambut uban itu tidak habis pikir, bagaimana bisa anak kelas 12 itu malah playing victim. Michel yakin, para guru BK juga bingung. Menurut Michel, para guru tidak benar-benar yakin Michel sebagai perundung. Alasannya simpel, karena saat kejadian Michel sendirian. Sedangkan Prisil dan gengnya bertujuh dengan empat laki-laki yang cukup berotot. Yang menjadi masalah baru sekarang, bagaimana cara agar Ayah Michel pulang dan mau hadir besok.
Michel tidak langsung kembali ke kelas. Cewek itu pergi ke kantin. Memesan gado-gado, Thai Tea rasa Matcha dan beberapa bungkus kacang telur. Sambil mengunyah, si cewek berambut uban menelepon ayahnya. Namun tiga kali panggilan Michel diabaikan. Jadi ia beralih menelepon kakaknya. Beruntung panggilan Michel kali ini diterima langsung oleh sang kakak.
"Halo, ada apa Michel?" sapa si kakak dari seberang.
"Kak, malem ini pulang bisa? Michel dapet surat panggilan dari BK," balas Michel dengan nada tidak berdosa.
"Hah? Emang kamu ngapain sampai dapat surat cinta dari BK?"
Setelahnya Michel menceritakan semua kejadian beberapa hari yang lalu dan kejadian tadi di ruang BK. Begitu penjelasan panjang lebar dari Michel selesai baru si kakak menanggapi.