On The Inside

Fuseliar
Chapter #17

Permintaan kepada Michel

Di hari Jum'at siang yang cerah, Michel memutuskan untuk tidak belajar dulu sementara. Tapi ia memutuskan menemani Rani yang ingin jajan di mal. Mereka sudah merencanakan ini sejak kemarin malam. Karena itu Michel membawa mobil Innova ayahnya ke sekolah. Tidak seperti hari-hari lainnya, pelajaran hari Jum'at selesai jam 11 siang. Begitu bel pulang sekolah berbunyi, Rani dan Michel langsung menuju mal EM. Kini mereka berdua sedang duduk di salah satu restoran Korean barbeque.

"Michel, kamu gimana ceritanya kenal sama kak Darren? Kamu dikenalkan sama orang tuamu?" tanya Rani sambil membakar daging.

"Oh enggak. Inget gak sih waktu aku bolos mau foto kereta inspeksi seminggu yang lalu? Itu aku gak jadi ambil foto kereta gara-gara Darren. Dia habis ada tawuran atau apalah itu. Dia pingsan di tengah-tengah rel kereta. Aku tolong dia. Gak taunya besok pagi pas aku mau servis kamera, dia juga ikut ditangkap Satpol PP. Pas di kantor Satpol PP baru kita kenalan," jelas Michel.

"Kak Darren ditangkap Satpol PP?" tanya Rani tidak percaya.

Michel menanggapi dengan mengendikkan bahu.

"Mana aku tahu, aku aja kaget loh waktu itu. Bisa-bisanya ada anak SMA Walang ikut ditangkap Satpol PP bareng aku. Tapi kayaknya dia emang ngikutin aku sih," balas Michel.

"Ngikutin gimana?" cecar Rani yang penasaran.

"Darren itu udah tau kalau ayahku Auditor BPK yang lagi menangani kasus korupsi orang tuanya. Makanya dia mulai menjauh dari Prisil. Dia deketin Michel cuma gara-gara kasus korupsi doang. Kalau gak ada kasus korupsi gak bakalan dia deketin Michel. Michel juga gak suka deketin dia," kata Michel yang sejak tadi membolak-balik daging.

"Jadi kamu risih sama kak Darren karena dia deketin kamu? Kamu yakin enggak mau jadi teman dekat atau pacarnya kak Darren?" ucap Rani yang tidak melepaskan pandangan dari Michel.

"Enggak, ayahku juga enggak bakal setuju. Kalau Rani mau deket sama Darren boleh kok. Aku lihat kemarin Rani cepet akrab sama Darren," usul Michel.

Wajah Rani sumringah begitu mendengar usulan Michel.

"Emang bisa aku deket sama kak Darren? Maksudku, aku ingin lebih akrab sama dia. Aku ingin bisa ngobrol berdua sama kak Darren," kata Rani yang full senyum.

"Hmn? Rani suka sama Darren?" tanya Michel yang agak terkesima dengan sikap Rani.

Si cewek berambut panjang yang ditanya, hanya bisa mengangguk dengan senyum lebar. Michel bahkan berhenti sejenak membiarkan daging sapi di depannya gosong.

"Kamu yakin ini rasa suka beneran? Bukan sekedar cinta monyet karena kagum atau karena Darren kelihatan sempurna kan?" tegur Michel.

Rani mendongakkan kepala sejenak. Ia kaget tiba-tiba Michel mengatakan sesuatu yang diluar dugaan.

"Mumpung kita lagi bisa akrab banget nih sama kak Darren. Kamu tau kan siapa orang tuanya Darren? Kamu yakin mau melepas kak Darren gitu aja?" kilah Rani.

"Tapi bukannya kamu akhir-akhir ini dideketin sama Theo? Kalo gak salah minggu kemarin kamu pergi berdua sama Theo kan?" tanya Michel.

"Iya sih, dia nembak aku minggu kemarin. Tapi belum aku jawab sampai sekarang," jawab Rani.

Kini giliran Michel yang ternganga. Memori dan kemampuan analisa cewek berambut uban itu kini mulai terkoneksi. Kini ia bisa merangkai kronologi cinta Rani dan Theo.

Minggu kemarin, Theo dan Rani pergi berdua. Theo menyatakan cinta kepada Rani, tapi belum dijawab. Tiba-tiba beberapa hari kemudian Michel memperkenalkan Darren. Rani malah kena cinta monyet sama Darren. Sedangkan Darren berusaha mendekati Michel karena kasus korupsi orang tuanya. Tapi Michel merasa risih dengan Darren. Michel tidak ingin dekat lelaki manapun sebelum bisa menarik hati Theo. Tapi nyatanya Theo juga tidak akan pernah tahu perasaan Michel. Cewek berambut uban itu tidak tahu bagaimana cara menyatakan cinta atau rasa suka. Terlebih saat tahu Theo benar-benar mengejar cinta Rani. Sejak kapan hubungan Michel dan teman-temannya jadi seperti baling-baling helikopter?

"Michel, kamu bisa bantu aku biar bisa lebih deket sama Kak Darren?" sahut Rani tanpa merasa bersalah.

Lihat selengkapnya