Michel adalah anak yang sensitif dengan banyak hal. Di belakang bangku Michel, ada dua orang yang dari tadi membicarakan tempat wisata yang romantis. Michel juga menyadari beberapa orang di seberang asyik mengobrol tentang bulan madu. Entah kenapa Michel merasa salah posisi. Seharusnya ia mengambil tempat duduk di dekat meja bubur ayam.
"Michel mau makan bubur ayam?" tanya Darren yang sedari tadi memperhatikan Michel.
Cewek berambut uban itu terang-terangan menatap meja bubur ayam tanpa berkedip.
"Sudah ambil, tapi kurang. Mau ambil, tapi masih pingin coba yang lain. Apa ini berarti aku selingkuh dari bubur ayam?" kata Michel tanpa berpikir dengan benar.
"Memangnya kamu mau makan apa lagi? Roti bakar? Pasta? Pastry? atau apa?" tanya Darren.
"Bubur Manado," jawab Michel yang akhirnya menoleh ke arah Darren.
"Kamu kalo lagi gabut emang suka ngomong enggak jelas kayak gitu?" tanya Darren sambil tersenyum menatap si cewek berambut uban.
"Iya, aku sering gini di sama Mama atau Kak Arwin. Kalo sama Ayah enggak, aku jaim di depan Ayah. Emang kenapa?" balas Michel enteng.
"Oh, kamu enggak jaim sama aku?" goda Darren sambil mengunyah roti bakar.
"Justru aku memang memperlihatkan yang jelek-jelek ke kamu. Biar kamu pelan-pelan menjauh," ungkap Michel.
"Ya ampun belum menyatakan cinta sudah ditolak duluan," jawab Darren.
"Emang Darren mau menyatakan cinta? Kalo iya, aku tolak. Michel tidak menerima cinta monyet kecuali orang-orang tertentu," tanya Michel.
"Emang kamu suka sama siapa?" pancing Darren.
"Orang yang aku suka gak ada hubungan sama cintamu. Toh kamu sengaja bilang gitu bukan karena kamu beneran cinta, tapi kamu lagi butuh aku supaya orang tuamu bisa dapat keringanan atau apalah itu. Karena ayahku yang audit kasus korupsi orang tuamu kan?" tuduh Michel.
Ekspresi wajah Darren berubah. Cowok itu tidak menyangka Michel tahu. Bahkan Prisil yang orang tuanya juga ikut diperiksa pihak berwenang tidak menyadari maksud Darren mendekati Michel. Malah Prisil terang-terangan seperti menyatakan perang kepada Michel.
Di mata Darren, si cewek berambut uban terlihat seperti cewek cuek yang tidak tahu-menahu masalah politik apalagi masalah cinta monyet. Bahkan si kakak kelas mengira Michel membiarkan dirinya masuk karena merasa senang berteman dengan anak crazy rich. Tapi sepertinya Michel tidak berpikir demikian.
"Kamu kayak tau aja, yakin kamu menuduh aku kayak gitu?" kilah Darren.
"Gak usah pura-pura gak tau. Justru kalo kamu pura-pura gak tau malah lebih susah lagi," kata Michel sambil melirik ke arah pintu masuk hotel.
Darren berhenti membalas obrolan Michel. Kini cowok itu lebih memilih diam. Untuk situasi saat ini, Darren hanya bisa pasrah. Cewek berambut uban di depannya jelas punya pandangan tersendiri. Dia tidak buta dengan situasi yang ada dan sudah memilih langkah.
"Aku usahakan ngomong sama ayah. Tapi aku gak berani jamin hasil akhir nanti. Karena ayah punya prinsip yang kuat. Aku juga gak mau dipotong uang jajannya," kata Michel sambil terus melirik pintu utama restoran hotel. "Di mobil Innova gak ada barang yang ketinggalan kan? Kayaknya ayah mau ganti mobil pake Innova deh."
"Tenang, aku bukan pelupa kayak kamu. Udah sana pindah meja. Nanti ayahmu marah-marah tau kita duduk berdua," kata Darren mengingatkan si cewek berambut uban.
Buru-buru Michel berpindah meja dekat stand bubur ayam sambil membawa mangkuk bubur ayam yang sudah kosong.