Darren hanya bisa menelan ludah bulat-bulat saat ini. Kemudi sepenuhnya berada di tangan Michel. Cewek itu tidak menjelaskan kemana tujuan setelah dari Stasiun Kalimenur. Yang jelas wanita itu mengemudi ke arah selatan. Melewati jalan kecil yang hanya cukup dilewati satu mobil dan sebuah sepeda motor. Tak hanya itu, sepanjang jalan yang ada hanya deretan kebun jagung yang cukup tinggi. Ditambah ekspresi Michel yang tidak bersahabat menambah perasaan was-was di hati Darren. Bahkan cowok itu sempat berpikir kalau Michel akan membunuhnya dan membuang jasad di antara kebun jagung.
Sedikit banyak, Darren baru menyadari tubuh Michel cukup atletis dan besar untuk ukuran wanita. Cewek itu tinggi, punya pergelangan tangan yang besar tapi jari kecil. Bukan hanya itu, ukuran sepatu Michel hampir seperti ukuran sepatu pria. Baju seragam Michel berukuran lebih besar dan menyembunyikan bentuk tubuh Michel yang tegap dan lengannya cukup berotot. Tapi karena hari ini Michel mengenakan kaos Polo yang pas ukuran, Darren bisa melihat otot lengan Michel yang malah membuat cowok itu minder. Terlebih Darren awalnya berpikir kalau Michel tipikal remaja yang tubuhnya besar karena lemak, keseharian yang monoton dan tidak pernah diet. Setidaknya anggapan itu terbantahkan sejak ia melihat video Refan—teman sekelasnya—babak belur dihajar Michel. Bukankah itu berarti Darren hanya jadi samsak tinju kalau Michel mau?
Mobil Suzuki Jimny yang mereka naiki akhirnya masuk ke sebuah gang tanpa gapura. Gang itu hanya memiliki sebuah jalan dengan batu yang ditata sesuai lebar roda mobil. Bukan hanya itu, di samping kanan dan kiri terdapat pepohonan kelapa yang menjulang dengan parit yang dalam. Setelah melewati kebun kelapa, mereka akhirnya kembali ke jalan aspal. Tak lama mereka berada di sebuah pasar tradisional yang sepi. Setelah melewati pasar tradisional, Michel mengubah arah lagi ke sebuah gang dengan dua pohon beringin besar sebagai gapura. Jalan berubah menjadi makadam dan penuh kerikil. Namun di kanan dan kiri jalan terdapat rumah penduduk.
Setelah melihat tanda-tanda rumah penduduk dan beberapa orang petani yang berpapasan, baru Darren bisa menghembuskan napas lega. Yang cowok itu tidak menyangka, Michel akhirnya berbelok ke halaman luas yang ditanami banyak pohon kelapa. Di balik pohon-pohon kelapa itu, terdapat sebuah rumah joglo yang besar dan megah. Seperti rumah joglo seorang bangsawan sultan. Mobil yang mereka naiki berhenti di depan rumah joglo itu.
"Ini rumah siapa?" tanya Darren yang tidak berhenti menoleh ke sana kemari.
"Ini rumah buyutku," jawab Michel.
Tanpa basa-basi mereka turun dari mobil. Beberapa detik kemudian, seorang lelaki tua datang menghampiri Michel.
"Oh? Nak Michel baru datang?" tanya beliau.
"Iya pak, ini Michel baru parkir. Michel mau unjung ke tempat mama," jawab si cewek beruban yang menyalami lelaki tua itu sambil mencium tangan.
"Terus ini siapa?" tanya pria tua itu.
Darren berdiri canggung hendak memperkenalkan diri.
"Oh, ini babu-nya Michel. Hahaha," sahut cewek itu dengan wajah ceria.
"Heh, ndak mungkin. Masa cah bagus gini dibilang babu," bantah sang pria yang lebih tua.
"Hehe, beneran kok, dia emang babunya Michel. Namanya Darren," ucap si cewek berambut uban.
Sekali lagi, Darren tersenyum canggung dan memperkenalkan diri.
"Perkenalkan, saya Darren pak. Temen sekolahnya Michel," kata si kakak kelas sebelum menyalami si pria tua.
"Oh iya, cah bagus. Seneng saya lihat akhirnya Michel bisa bawa teman ke sini," ujar si pria tua yang menepuk pundak Darren pelan.
Kemudian pria tua itu berbalik ke arah Michel.
"Michel mau nginep? Biar disiapkan dulu kamar sama mbok. Atau Michel mau pulang hari ini?" tanya si pria tua.
"Oh, Michel ke sini cuma mau ke tempat mama sama mau ambil uang hasil jual kelapa. Katanya ayah kapan hari uang sawah sudah diambil kan ya?" jelas Michel.
"Oh iya, uang sawah sudah diambil ayahmu. Kemarin Arwin juga sudah ambil uang hasil Sengon berapa minggu yang lalu. Sebentar bapak ambilkan di dalam. Michel mau langsung pulang habis dari tempatnya mamamu? Ndak masuk mampir atau makan dulu? Kemarin bapak nyisihkan degan pas panen," tawar pria tua itu.