Saat bel jam istirahat berbunyi, Rani sudah curiga dengan gelagat Michel. Cewek berambut uban itu tiba-tiba membereskan meja. Michel jarang sekali merapikan meja saat jam istirahat, kecuali saat Michel mau bolos.
"Michel tumben beres-beres? Michel mau bolos ya?" tuduh Rani.
Si cewek berambut uban menyilangkan tangan.
"Enggak, soalnya Michel ada agenda lain. Mumpung belum UTS, Michel harus menyelesaikan ini. Karena butuh tempat besar jadi Michel harus bersihkan meja dulu," jelas Michel.
Setelah mejanya kosong. Michel merogoh tas dan mengeluarkan buku gambar A3. Kemudian mengambil dua lembar dan di satukan dengan selotip. Kini selembar kertas A2 sudah jadi. Kertas itu benar-benar memenuhi meja dari ujung ke ujung.
"Michel mau buat apa pakai kertas sebesar itu?" tanya Rani.
"Aku mau buat lukisan kita berempat. Ada aku, Rani, Theo sama Darren. Jadi biar bisa di pajang di kamar Michel," jelas Michel yang masih asyik membuat garis tepi.
"Memangnya Theo mau di gambar?" tanya Rani lagi.
"Gak tau, tapi kan Michel harus mengabadikan kisah cinta Michel yang kandas di tengah jalan. Biar gak lupa."
Ucapan Michel malah menimbulkan tanda tanya besar di kepala Rani. Tapi juga rasa tidak suka.
"Kisah cinta Michel yang kandas di tengah jalan? Memangnya Michel juga suka sama kak Darren juga?" Rani kini mengorek kecurigaannya.
Sebenarnya Rani sudah merasa aneh dengan Michel dan Darren. Mereka berdua terlihat akrab. Tak hanya itu, banyak anak yang menghembuskan berita kedekatan Michel dan Darren. Beberapa anak sempat melihat Michel dan Darren semobil berdua. Ada pula yang melihat Darren mengobrol di kantin berduaan dengan Michel. Bahkan Darren begitu peduli dengan Michel sampai-sampai mau pergi dari UKS dan mengecek langsung saat Michel sakit perut.
"Bukan sama Darren, tapi sama Theo. Michel suka sama Theo. Gara-gara itu Michel ingin Theo ikut belajar bareng. Kebetulan Theo suka sama Rani. Jadi Michel bilang, kalau mau deket sama Rani, Theo bisa ikut belajar bareng di perpustakaan. Theo setuju, sejak itu dia ikut belajar sama kita."
Rani menatap tidak percaya. Cewek berambut panjang itu benar-benar baru menyadari perasaan Michel. Rani cepat-cepat meraih dan mencengkram pundak Michel.
"Kenapa kamu enggak bilang kalo kamu suka sama Theo?! Aku jadi merasa bersalah sudah bikin kamu sakit hati Michel!" seru Rani.
Michel hanya bisa ternganga. Cewek berambut uban itu malah bingung harus jawab apa.
"Aku gak mau tau pokoknya Michel harus ketemu sama Theo!" desak Rani.
"Ta-tapi Rani, Theo kan—," ucapan Michel di potong Rani.
"Gak ada tapi-tapian! Michel harus ketemu Theo sekarang juga!" titah si cewek berambut panjang.
Michel malah makin bingung. Bingung kenapa Rani malah berkata demikian. Sangat berbeda dengan perkiraan si cewek berambut uban. Michel mengira Rani akan marah begitu mendengar alasan Michel mau berteman sama Theo.
"Ya bukannya enggak mau. Michel gak tau harus ngomong apa!" balas Michel yang malah ikut bernada tinggi.
Beruntung Rani dan Michel mengabaikan pandangan anak-anak di kelas yang mulai bisik-bisik.
"Gimana sih?! Ya bilang Michel kalo kamu suka sama Theo!" seru Rani.
Wajah Michel reflek memerah karena malu. Sedangkan Rani yang tidak sengaja teriak, buru-buru menutup mulut. Setidaknya si cewek berambut panjang mulai mengerti situasi yang ia hadapi. Ia baru saja membocorkan informasi rahasia.
"Mi-michel kamu harus ketemu Theo pokoknya," tambah Rani.
Teman sebangku Michel itu mulai mendorong tubuh Michel.
"Udah sana. Ketemu dulu sama Theo. Omongin semua isi hati kamu," ujar Rani.
Tanpa banyak kata, Michel berdiri meninggalkan kelas. Meskipun hatinya masih terasa aneh, tapi Michel tetap berjalan menuju kelas Theo.
Michel memberanikan diri bertanya ke beberapa teman sekelas Theo. Setelah tidak menemukan Theo di kelas, Michel langsung lari ke Kantin. Tidak menemukan di kantin, Michel langsung menuju ke perpustakaan. Setelah menyapa bapak penjaga perpustakaan, Michel berjalan ke rak-rak buku. Cewek itu mengarah ke tempat yang spesifik, rak buku fiksi. Kemudian Michel berjalan menyusuri deretan rak buku. Di balik rak buku fiksi paling belakang, Theo duduk membaca buku.
"Theo," panggil Michel.
Si cowok tambun menoleh. Ekspresi keheranan terpampang jelas di wajah cowok itu.