Michel merebahkan kepala di atas meja perpustakaan. Kebetulan sekali perpustakaan sepi. Meja baca komunal hanya terisi tiga orang siswa. Satu, dirinya yang berambut uban seperti nenek-nenek memakai jaket krem hijau mencolok. Satu siswa perempuan berambut panjang duduk di sebelah kanan Michel, namanya Rani. Seorang siswa laki-laki bertubuh tegap duduk di sebelah kiri Michel, namanya Darren.
"Otaknya Michel udah gak bisa dipake mikir," ucap si cewek berambut uban yang menempelkan pipi ke meja. Wajah gafis itu tampak lelah.
"Iya sih. Soal-soalnya mirip SBMPTN. Lumayanlah buat latihan," sahut Darren.
"Lha Darren aja bilang sulit, apalagi aku!" seru Michel yang makin negatif thinking.
Darren menepuk-nepuk pundak Michel pelan. Berusaha menenangkan cewek itu.
"Tenang aja, toh gurunya juga gak bakal nulis kamu dapet 40 di rapor," ucap Darren dari hatinya yang terdalam. Namun sama sekali tidak menenangkan hati Michel.
Si cewek berambut uban akhirnya mengangkat wajah dan menegakkan punggung. Bibir manyun bebek terlihat jelas di wajahnya.
"Michel iri sama Darren sama Rani, otaknya encer. Belajar kayak mulus-mulus aja gitu. Lah Michel, udah belajar berkali-kali tetep aja goblok. Michel pengen dapet rangking nomer satu beneran, bukan nomer satu dari bawah," rajuk si gadis berambut uban. Ia mendorong punggungnya ke sandaran kursi. Bahu naik hingga sebagian dagu tenggelam dibalik kerah jaket.
"Padahal ayah janji mau ambil rapor kalo nilai kimianya Michel dapet di atas 60. Tapi tadi Michel separuh soal ngitung kancing semua."
Alis si cewek berambut uban bertaut sejenak sebelum menghela napas untuk kesekian kalinya. Rani dan Darren hanya bisa tersenyum maklum. Meskipun sudah belajar keras selama dua minggu terakhir, hasil ujian tetap punya faktor keberuntungan. Entah keberuntungan dari sejak lahir, atau keberuntungan yang memang
"Rapornya Darren besok yang ambil siapa?" tanya Michel.
Si cowok yang ditanya hanya bisa mengendikkan bahu. Melihat respon Darren, otomatis air muka Michel dan Rani berteriak minta penjelasan.
"Orangtuaku pada sibuk semua. Biasanya sih dititipkan guru BK. Nanti selesai pembagian rapot baru bisa ambil rapot di ruang BK," jelas Darren.
Anehnya mata dua cewek di samping Darren masih terarah kepadanya. Seakan-akan meminta penjelasan lebih panjang.
"Oh iya, ketimbang nganggur. Gimana kalo ngerjain latihan soal?" bujuk Darren yang berusaha mengalihkan fokus dua temannya.