On The Inside

Fuseliar
Chapter #30

Side Story Part 3

Mobil Innova Venturer milik Ayah Michel kini terlihat unik. Ada roofrack di atas mobil. Semua jok belakang—termasuk captain seat—dilepas, menyisakan karpet lantai yang ditindih kasur spons setebal 10 cm. Selepas menyebrangi selat Bali, Michel terlelap di atas kasur spons. Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya mereka bertiga sampai di sebuah hotel di sekitar Pantai Nusa Dua.

Arwin dan Michel bahu membahu menurunkan tiga koper dari roofrack. Sedangkan ayah mengurus check in hotel di lobby. Setelah menurunkan koper, Arwin dan Michel tidak langsung menuju ke lobby. Keduanya memilih membuka pintu bagasi dan duduk tepat di bibir pintu bagasi. Michel yang masih dikuasai rasa kantuk, duduk memeluk selimut kuning kumal kesayangannya.

"Kamu kenapa sih kok bawa selimut kuning itu? Selimut udah jelek gitu di bawa ke mana-mana," oceh Arwin memulai pembicaraan.

"Selimut ini tuh enggak ada penggantinya. Enggak ada selimut yang seenak selimut kuning ini Kak," sahut si adik perempuan.

"Dih, masih banyak selimut yang lebih enak ketimbang selimutmu itu. Buang aja kenapa sih?"

"Enggak, ini selimut hadiah dari Mama. Gini-gini selimut legend tau. Saksi bisu dari rumah lama."

Arwin menilik sejenak selimut kuning kumal itu. Di ujung tepian jahitan selimut terdapat noda percikan cairan berwarna cokelat. Setelah melihat noda itu, Arwin menghela napas dan diam.

Area parkir mobil yang banyak ditumbuhi pohon sangat mendukung rasa kantuk Michel. Ditambah angin yang sejuk di pagi hari menambah rasa kantuk. Gadis itu menyandarkan kepala di pilar pintu bagasi. Berbekal bantal leher dan selimut dalam pelukan, Michel mulai terlelap.

Si kakak sedari tadi membuka smartphone-nya. Ia cukup serius membaca grup chat hingga tidak menyadari keberadaan seorang wanita paruh baya di dekat mereka. Wanita paruh baya itu mengenakan pakaian kebaya dan rok bermotif batik parang, dengan kain songket yang menghiasi pundaknya. Wanita itu datang mendekati Arwin yang masih sibuk sendiri.

"Arwin?" sapa wanita itu.

Pandangan Arwin langsung berpindah ke sumber suara. Namun fokus pria itu tertuju pada sebuah pot tanah liat yang dibawa wanita tersebut. Arwin memasang senyum ramah dan berdiri menghampiri orang yang menyapa.

"Pagi Tante Widya. Saya agak kaget ketemu Tante di sini. Tante mau ke venue acara?" ucap Arwin yang langsung memberondong si wanita paruh baya dengan pertanyaan.

"Iya, Tante mau ketemu dulu sama Pak Eka. Katanya Pak Eka juga juga ikut acara ini ya?"

Arwin mengangguk mengiyakan.

Lihat selengkapnya