On The Inside

Fuseliar
Chapter #31

Side Story Part 4

Berbekal petunjuk dari resepsionis, Michel sampai di depan ruang pertemuan. Setelah menunjukkan undangan, Michel masuk ke ruangan itu. Ruang pertemuan itu cukup besar dengan meja-meja bundar. Di tengah ada meja panjang yang berisi makanan dan minuman. Panggung diisi oleh dua orang penyanyi dan band-nya. Para tamu undangan yang mengenakan pakaian formal berdiri, mengobrol dengan satu dan lainnya.

Sambil berkeliling, mata Michel mengedar ke setiap tamu yang ada di ruangan itu. Sebagian besar tamu-tamu memiliki rambut beruban seperti Michel. Warna rambut yang sebenarnya dampak dari kurangnya pigmen rambut, fenomena ini diturunkan secara genetik. Kerena itu hampir semua anggota keluarga besar Michel memiliki rambut beruban. Bahkan bagi Michel sendiri, melihat sekian banyak orang-orang berambut uban terasa asing di matanya.

Beberapa tamu berhasil Michel kenali. Di sebuah meja bundar di dekat panggung, ada ayahnya dan sepupu ayahnya—Om Eka—yang kini menjabat sebagai pimpinan utama KPK. Kedua pria berambut putih keriting itu duduk bersebelahan dengan pria paruh baya yang rambut putihnya disisir rapi ke belakang. Pria paruh baya itu wajahnya sering kali muncul di televisi akhir-akhir ini. Beliau adalah Menteri Energi dan Sumberdaya yang baru saja dilantik beberapa bulan yang lalu, Bapak Heru Gading Gauri. Beliau menggantikan menteri lama yang kini mendekam di penjara KPK.

Di antara orang-orang penting di sekeliling ayahnya, Michel tertarik dengan seorang wanita duduk tepat di sebelah kiri Ayah Michel. Wanita berhijab itu mengenakan kain songket yang cukup membekas di ingatan gadis itu. Bunga anggrek yang mencolok juga berada tepat di depan ayahnya. Posisi duduk si wanita sangat dekat ayahnya. Bahu mereka saling menempel. Tangan Ayah Michel melingkar di pundak wanita itu. Bahkan saat tertawa wanita berhijab itu menyembunyikan wajah ke arah ceruk leher Ayah Michel.

Michel mematung di tengah-tengah keramaian. Perlahan gerakan lalu lalang orang seakan-akan tidak terlihat bagi gadis itu. Suara keras dari panggung bagaikan tidak terdengar, begitu pula suara ramai perbincangan para tamu. Arah mata gadis itu tepat tertuju pada ayahnya. Tanpa sadar tangan Michel mengepal kuat-kuat hingga gemetar. Namun kaki gadis itu tidak melangkah dan bibirnya terkatup rapat-rapat. Ekspresi wajah yang datar berubah menajam dan kaku.

"Michel!"

Fokus si gadis berambut uban hilang seketika. Pandangan gadis itu tertutupi oleh seorang laki-laki berjas yang berdiri tepat di depannya. Laki-laki itu tersenyum, namun terasa ganjil. Tangan laki-laki itu menepuk pundak Michel pelan.

"Michel, makan dulu yuk. Kamu belum makan sejak tadi pagi kan? Sambil makan kamu mau kakak kenalin sama calonnya kakak," ujar laki-laki itu.

Michel perlahan menurunkan tangan Arwin. Gadis itu menggelengkan kepala dan menatap wajah si kakak tanpa berkedip.

"Kak, jelasin dulu ke Michel. Ayah maunya apa? Nikah lagi?" tanya Michel.

Lihat selengkapnya