Seorang pria paruh baya tengah berusaha tidur. Padahal ia sudah ditempat paling kondusif untuk relaksasi. Berada di hotel bintang lima, kasur yang empuk, bantal yang nyaman, dan suhu ruangan yang sejuk. Tapi suara dari luar ruangan cukup mengganggu. Ia bisa mendengar suara seseorang seperti memasukkan barang ke tas. Posisinya sama sekali tidak berubah dan tidak beranjak dari kasur. Mata pria itu terbuka sempurna bahkan kepalanya kini menoleh ke arah pintu kamar. Sejenak ia melirik ke arah nakas, tempat kacamatanya berada. Tapi ia tetap diam di tempat.
Suara langkah kaki terdengar beberapa kali. Bersamaan dengan suara dengkuran yang diikuti suara zipper ditarik, seperti seseorang sedang menutup tas atau koper. Detik selanjutnya terdengar suara langkah kaki yang diikuti suara roda koper yang berputar di lantai. Tak lama terdengar suara pintu dibuka dan beberapa detik kemudian suara pintu ditutup terdengar.
Pria paruh baya itu akhirnya bangkit dari kasur. Ia membuka pintu kamar dan matanya mengedar ke seluruh ruangan. Arwin tertidur pulas di kasur. Berbeda halnya dengan kasur di sebelah Arwin. Kasur itu tampak berantakan dengan selimut yang tergulung seperti bola, dan bantal guling yang berserakan. Ia itu menyadari satu koper dan satu tas ransel hilang. Ditambah anggrek hitam Kalimantan yang hilang dari atas rak televisi.
Pria itu melangkah ke pintu utama kamar yang ia sewa. Ia membuka pintu itu dan mengintip ke lorong hotel yang sepi. Di ujung koridor seorang perempuan berambut putih keabu-abuan membawa tas ransel di punggung sambil menggeret koper dan tangan kanan perempuan itu menjinjing sebuah tanaman dengan pot tanah liat. Pria paruh baya itu hanya diam menatap perempuan itu berjalan menyusuri lorong hingga berbelok ke arah lift. Setelah perempuan itu tidak lagi terlihat, Pria paruh baya itu kembali menutup pintu dan merebahkan diri di kasurnya.
Pria paruh baya itu tidak melepas kacamata. Matanya tidak terpejam, pandangannya terarah ke langit-langit kamar yang gelap. Tubuhnya tak bergerak dengan pikiran yang melayang-layang entah ke mana. Ia begitu larut dalam pikirannya sendiri hingga tanpa sadar matanya terpejam dan suara dengkuran halus terdengar. Ia terlelap cukup lama sampai seseorang menepuk pundak pria itu beberapa kali.
Hal pertama yang pria itu lihat adalah Arwin yang menatapnya dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Michel hilang. Dia pergi bawa tas, koper, sama anggrek yang dari Tante Widya. Kunci mobil juga dibawa sama itu bocah. Dia ninggalin catatan ini," jelas Arwin sambil menyodorkan sebuah kertas kecil.
Bangkit dari tidurnya, ia menerima catatan dari Arwin. Sambil membenarkan kacamata, ia membaca catatan tersebut.
"Hmn, dia mau buang anggrek hadiah dari sepupunya Widya ke laut ya. Coba kamu hubungi Widya. Dia punya kenalan polisi di Denpasar. Kalo Michel bawa mobil, kita bisa lacak pakai plat nomor mobil," balas pria paruh baya itu.
"Aku sudah menghubungi kenalanku. Katanya mereka lagi cari lewat razia di sekitaran jalan nasional yang kearah ke luar Denpasar. Aku juga sudah menghubungi orang dishub juga buat cari Michel. Apa perlu kita minta orang lagi buat menangkap itu bocah?"
Ia menggelengkan kepala setelah mendengar usulan Arwin.
"Tunggu aja dulu sampai mobilnya terlacak. Polanya Michel itu enggak jauh berbeda sama ibumu. Dia pasti ke tempat yang pernah dikunjungi ibumu. Seingatku, ibumu paling banyak menulis tentang Pantai Kelan sama Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Ketapang. Toh obsesi ibumu paling banyak turun ke Michel. Pasti ujung-ujungnya Michel akan mengikuti jejak ibumu."
Laki-laki muda di depannya menatap si pria paruh baya dengan alis bertaut.
"Sejak kapan bapak tau tentang ibu saya?" tanya Arwin dingin.
"Aku hapal hampir semua isi buku diari ibumu. Enggak perlu tanya kenapa. Sekarang yang paling penting itu Michel."
Kali ini Arwin mengangguk setuju, lalu pergi meninggalkan kamar. Belum sampai Arwin keluar kamar, ponsel Arwin berdering. Bersamaan dengan itu, ponsel si pria paruh baya juga ikut berdering. Ia mengambil ponselnya dan melihat nama pemanggil yang tertera di layar. Setelah mengusap layar ponsel, ia menempelkan ponsel ke telinga.
"Halo Syams, aku diberitahu Arwin. Katanya Michel kabur bawa anggrek hitam hantaran dari Haryo?" ucap suara wanita di seberang.
"Iya, itu anak memang pergi bawa anggrek dari Haryo. Mau dibuang ke laut katanya," balas Syams dengan nada yang tenang.