Seorang laki-laki muda mengenakan jas formal bersama seorang perempuan berambut pendek dengan setelan selaras, duduk di hadapan Syams. Sebuah meja kerja yang berukuran cukup besar memisahkan mereka. Mereka membawa sebuah kotak dan sebuah koper jinjing.
"Perkenalkan saya Galang, dan ini rekan saya Karina. Kami adalah pengacara yang ditunjuk langsung oleh Nyonya Lina untuk menyampaikan surat wasiat beliau," ucap laki-laki muda itu.
"Surat wasiat? Istri saya masih hidup," balas Syams dengan nada ketus.
"Nyonya Lina dinyatakan hilang oleh pihak kepolisian karena tidak ditemukan jasad Nyonya Lina setelah kejadian perampokan itu. Saat ini Nyonya Lina sudah menghilang selama dua minggu. Meskipun status hilang berarti tidak hidup dan tidak juga mati, kami tetap harus menyampaikan surat wasiat ini. Kami hanya memenuhi permintaan Nyonya Lina," sahut Galang dengan nada yang tenang.
"Kalau begitu Lina sedang bersembunyi?!" cecar Syams yang nadanya meninggi.
Kedua pengacara itu saling menoleh sejenak, sebelum menanggapi.
"Saya sangat berharap dugaan bapak benar. Tapi sepertinya tidak demikian, memang kami menyampaikan ini surat wasiat ini bukan hanya sekedar formalitas kami sebagai pengacara. Kami berhubungan dekat dengan Nyonya Lina dan kami tahu betul bagaimana surat wasiat ini ditulis. Kami berharap bapak tidak berprasangka buruk meskipun kami tahu bapak tidak memiliki hubungan yang baik dengan Nyonya Lina," jelas Karina yang suaranya agak bergetar.
"Kami yakin, surat wasiat ini akan mengubah persepsi bapak tentang Nyonya Lina. Karena itu, kami mohon bapak menerima surat wasiat ini. Surat wasiat ini dibuat oleh Nyonya Lina tepat 3 hari sebelum tragedi itu. Nyonya Lina sudah membuat surat wasiat ini selama sebulan dengan lebih dari 15 kali revisi. Bahkan beliau secara spesifik berpesan untuk memberikan surat ini kepada bapak," tambah Galang.
Kedua pengacara itu kemudian meletakkan sepucuk surat, sebuah kotak kaleng besi dan sebuah sarung tangan karet.
"Kami mohon, bapak menggunakan sarung tangan karet ini sebelum membuka surat wasiat dari Nyonya Lina."
Syams menuruti permintaan Galang meskipun dahinya mengernyit heran. Ia mengenakan sarung tangan yang disediakan dan membuka amplop surat wasiat mendiang istrinya.
Setelah beberapa menit membaca surat tersebut, ekspresi heran Syams berubah drastis. Pria itu buru-buru membuka kotak dengan tangan kirinya. Setelah membalikkan tutup kotak itu, Syams meletakkan suratnya diatas tutup kotak. Kini fokus pria itu tertuju pada isi kotak itu.
Sebuah bungkusan plastik bening berisi lembaran kertas. Hanya dengan sekali tengok, Syams bisa membaca tulisan di lembaran itu.
'JANGAN IKUT CAMPUR DANA HIBAH GUBERNUR JAWA TIMUR, ATAU ANAK ISTRIMU MATI'
Bibir Syams terkatup rapat-rapat berusaha menyembunyikan giginya yg bergemeletuk. Syams mengangkat bungkusan plastik itu dan mendapati bungkusan plastik dengan isi yang sama. Tulisan di lembaran kedua juga sama. Syams mengangkat lagi bungkusan plastik yang baru saja ia baca. Lagi-lagi ia mendapati bungkusan plastik dengan isi yang sama.